Sabtu, 10 Januari 2015

Seindah balon merah


Balon merah lagi, balon merah terus dan balon merah yang selalu kamu berikan padaku. Kamu bilang dan kamu percaya jika balon merah itu adalah symbol yang membawa harapan kita menuju tuhan yang mengabulkan semua harapan dan keinginan hambanya. Ingatkah saat enam bulan yang lalu? Saat kamu memberikanku balon merah pertama. “Kamu tulis harapan untuk kita di kertas itu, setelah itu kamu ikat dibalon ini. Nanti balon ini kita terbangin bersama-sama” iya, itu kata yang pertama kau ucap tanpa basa-basi. Percayakah? Saat kau mengucapkan kata-kata itu aku seperti melayang bersama balon tersebut.

Balon merah kedua, balon merah ketiga, balon merah keempat sampai balon merah ke 26 dalam enam bulan kita terbangkan bersama-sama. Beribu harapan kita sudah berusaha disampaikan si balon merah itu kepada tuhan. Tuhan? Bisa kan engkau mengabulkan semuanya? Semua yang sudah kami terbangkan bersama-sama dengan balon merah itu. Tuhan? Apakah engkau menerima semua balon merah dan membaca semua harapan kami? Aku sangat ingin engkau mengabulkan semuanya tuhan. Entah mengapa, tapi aku sangat ingin tuhan. Ingin sekali.

Enam bulan berlalu dengan janji yang kamu berikan melalui si balon merah tersebut. Namun, kau tak kunjung hadir beberapa hari belakangan ini. Entahlah apakah ada harapanku yang salah, atau memang tuhan mengabulkan semuanya seperti ini. Kau jadi tak nampak dilayar handphoneku, kau jadi tak memasangkan diri dihadapanku, kau jadi seakan tak peduli denganku dan kau seakan tak mau menau tentangku . Ya, aku menyadari bahwa hubungan diantara kita tak lain tak bukan hanya sebatas sahabat, best friend forever katamu. “Kamu tenang saja, kita akan selalu bersama selamanya” masih ingatkan kamu perkataanmu yang menimbulkan janji manis itu? Bahkan perkataan itu lebih istimewa dari janji suci Raffi ahmad & Nagita Slavina.

Tuhan? Mengapa pada ketanyaan berbanding terbalik dengan apa yang aku harapankan? Apakah harapan itu berserta balon merah tidak sampai kepadamu? Atau mungkin memang hanya aku perempuan terbodoh didunia ini yang langsung sama menganggap perkataan itu adalah janji. Tapi, bukankah itu sebuah janji yang hampir setiap harinya kau ucapkan melalui via chat untukku?. Bukankah sebuah perjanjian sama saja dengan sebuah hutang? Akankah kau mengingat hal itu, sayang.

Janji yang kau berikan memang sangat indah, sangat memberi semangat dalam bentuk yang tak tahu apa wujudnya, sangat membuatku tersenyum sendiri jika mengingatnya. Janji yang entah seberapa banyak perempuan yang telah mendapatkan sebuah perkataan janji itu. Namun, kini aku mengerti. Dari sikapmu, dari caramu, dari ekspresi wajahmu, dari perasaanku. Aku tahu bahwa janji yang kau berikan itu tak berarti apa-apa. Dan kini aku mengerti tuhan, janji yang ia berikan kepadaku seperti Indahnya Balon merah. Indah namun tak berisi. Balon merah tersebut itu jika terkena benda tajam akan mengecil bahkan meledak. Mungkin saja janji yang ia berikan kepadaku sudah terkena sentuhan-sentuhan tajam yang membuat janji itu mengecil bahkan leyap entah kemana.

Untuk sosok yang selalu membawakan balon merah untuk diterbangkan bersama harapan, terimakasih karna telah menyadarkan arti semua itu dengan fasih. Terimakasih karna mengajarkan ku agar tidak menjadi perempuan bodoh perempuan cupu yang terlalu mempercayai sebuah perkataan menjadi janji. Dan terimakasih karna kau tetap menjadikanku perempuan teraneh didunia karna tidak bisa lepas dari kenangan yang telah kita jalanin bersama, perempuan lugu yang tak mengerti bagaimana caranya agar semua kenangan itu lenyap selenyap-lenyapnya. Terimakasih sang pangeran balon merah!


Dari sosok perempuan yang sudah belajar banyak dari bentuk Seindah Balon Merah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar