Created By : Acandra Aryani
Long Distance
Relationship! Satu kalimat yang mungkin sebagian orang menghindarinya. Entahlah
mungkin satu kalimat tersebut sudah membuat kesalahan pada orang yang
menghindarinya itu atau apalah aku tidak mengerti. Dulu aku tak mengerti,
mengapa harus terjadi suatu hubungan dalam jarak? Mengapa harus menanam rasa
cinta dalam jarak? Mengapa harus menangis karna jarak? Mengapa segala sesuatu
terjadi diatas jarak?. Beberapa sumber yang sudahku baca mengenai hal tersebut
tak ada satupun yang dapat mejawab semua pertanyaanku secara rinci dan
memuaskan hatiku. Tak banyak dari teman-temanku yang merasakan pahit manisnya
Long Distance Relationship. Aku belajar sedikit banyaknya dari cerita
teman-temanku mengenai hubungan mereka. Terfikir dalam bayanganku bahwa
hubungan jarak jauh itu menyenangkan, bisa merasakan tekanan rindu yang semakin
hari terus menjadi-jadi dan saat-saat bertatapan langsung itulah yang mereka
dambakan. Indahnya kisah cinta mereka dalam jarak. Namun Long Distance
Relationship juga dapat membawa beban pilu dalam hati kecil mereka, tak jarang
mereka merasakan curiga kepada sosok pujaan hati mereka yang jauh disuatu
daerah sana.
Dan
perasaan dalam bayanganku bawa hubungan jarak jauh menyenangkan itu luntur
secara perlahan. Aku tak kuasa membayangnya bagaimana bila aku yang menjalankan
hubungan tersebut? Bagaimana jika tuhan memang sudah menakdirkan aku
berpasangan dengan sosok mapan di luar daerah sana? Didaerah yang berbeda
dengan tempat tinggalku. Bagaimana jika aku harus menahan rindu diantara kotaku
dengan kotanya?. Aku terus mengikui alur tuhan tentang cerita cintaku ini.
Namun kini denganmu, dengan sosok
laki-laki yang berpostur tubuh besar, dengan sosok pria yang tak sengaja ku
kenali. Aku mengerti tentang hubungan jarak jauh tersebut. Hubungan yang tak
pernahku sangka akan terjadi, hubungan yang tak ku percaya akan sejauh ini.
Bahkan, hubungan yang pernah aku hindari. Hubungan yang dengan semoganya
membuat aku dan kamu menjadi dewasa. Entah kenapa rasa sayang dan cinta
mengalir begitu saja tanpa ada pembatas apapun. Mengalir tanpa adanya
kesengajaan. Dengan keyakinan yang semakin hari semakin menguat, aku sangat
yakin kalau jauh disana kamu akan selalu berdoa untuk hubungan kita.
Aku memutar ulangan kejadian tempo lalu.
Saat aku sedang asik memilih buku untuk melengkapi tugas kuliahku. Sedang sibuk
memilih buku mana yang pantas membantu tugasku agar terlihat sempurna dimata
dosenku. Tiba-tiba setumpukan buku yang sedang ingin ku dekati runtuh begitu
saja bahkan terjadi saat aku belum sempat menyentuh tumpukan buku itu
sedikitpun. Alhasil semua orang di toko buku itu melihat dan mendekatiku,
bahkan salah satu penjaga toko buku berkata bahwa aku harus membereskan buku-buku
yang berserakkan dengan nada kesal, sangat kesal kepadaku. Gemetar semua
tubuhku. Takut, malu, kesal, sekuat tenaga menahan air mata. Arrrgggg! semua
bercampur aduk. Bagaimana tidak? Aku tak bersalah namun aku yang disalahkan.
Disaat semua orang hanya melihatku membereskan semua yang bukan kesalahanku,
Kamu dengan santainya berjalan mendekatiku. Tanpa basi-basi kamu langsung
membantuku. “Lain kali hati-hati mba” Itulah kalimat yang hanya kau ucapkan
padaku saat itu. Hanya senyum tipis
menahan malulah yang aku lontarkan kepadamu. Dan kalimat “Terimakasih udah
bantu mas”-lah yang aku ucapkan untuk membalas jasamu, ya hanya ucapan
terimakasih yang bisa kulakukan.
“Memangnya
kamu mencari buku apa ?” sulit ku kira kau telah berkata itu kepadaku. Dari
caramu menatapku pada saat itu, ku fikir kau termaksud salah satu bagian dari
pria yang cuek tak mau tau tentang urusan itu. Namun kini kau telah mengubah
fikiranku. Tenyata kamu termaksud salah satu bagian dari pria yang mau bergaul
dengan siapaun. Percakapan kami dimulai bahkan, kami membicarakan mengenai
banyak hal. Mengenai asal-usul maupun tujuan. Setelah berbicara banyak aku
dapat menyimpulan bahwa kita memiliki satu kebiasaan sama, sama-sama senang
membaca buku sendirian. Karna kesamaan itulah yang mulutku berbicara “Ini kartu
namaku, kamu bisa hubungin aku jika ingin membaca buku bersama”.
Sulit
aku pungkiri kamu benar-benar menghubungi. Dua bulan yang lalu terjadi begitu
saja, kamu lebih sering menelfonku. Tanpa ku minta, kamu mulai bercerita tentang
identitasmu. Dan akupun melakukan hal yang kamu lakukan kepadaku. Kenyamanan
terjadi begitu saja. Tiba-tiba rasa khawatir itu datang ketika kamu tidak
menghubungiku. Seketika rasa cemburu itu berkeliaran ketika aku melihat fotomu
di media social bersama wanita lain. Apa itu namanya? Sayang? Ku rasa ini lebih
dari sayang. Cinta? Menurut artikel yang aku baca cinta itu hal indah yang harus
melalui proses. Tapi? Bukankah aku dan kamu sedang dalah proses? Dan bahkan
satu bulan setelah kejadian di toko buku itu kamu mengutarakan isi hati dan
kami resmi menjadi sepasang kekasih. Ya sepasang kekasih Long Distance
Relatonship.
Kamu?
Pria dengan raut wajah sederhana, dengan bulu mata yang dengan lentik, pria
dengan suara yang berat namun sangat lembut ku dengarkan, dengan rambut yang
ala-ala jambul itu, dengan hiasan kumis tipis yang kau miliki, dan pria yang
memiliki senyum sederhana namun ingin sekali berulang aku memandangnya.
Denganmu aku menjalankan semuanya dengan jarak. Takdir yang memerintahkan kita
untuk melakukan ini semua. Takdir yang memutuskan untuk aku melanjutkan
pendidikanku di Fakultas Ilmu Bahasa UI Depok, dan kamu yang telah menjadi
salah satu mahasiswa mikrobiologi pertanian UGM.
“Jaga
hati kamu dek. Jika ada waktu. Kita akan bertemu. Entah di Depok ataupun di
Jogja”. Kata itulah yang selalu kamu
ucapakan diakhir percakapan kita yang hanya melalui telfon atau skype
sekalipun. Dalam dinginnya malam, aku hanya bisa melihat indahnya wajahmu dan
lembutnya alunan suaramu dalam benda dingin yang bernama laptop ini. Aku
menikmati setiap waktu yang aku habiskan denganmu walau hanya melalui telfon
genggam atau benda lipatan disebut laptop ini.
Sering
aku menangisimu, entah karna cemburu atau menahan rindu yang menggembu. Tak
pernah aku serindu ini, tak pernah aku secemburu ini. Aku ingin kau berada sini
jika aku merasakan rindu yang terlalu dalam. Namun, aku harus tetap bersifat
dewasa tetap bersikap seakan-akan aku kuat melawan jarak yang selalu
berandai-andai bahwa jarak antara kau dan aku itu dekat, sangat dekat.
Enam
bulan, depalan bulan, sepuluh bulan dan dua belas bulan. Terjadi begitu saja,
tak sedikit cobaan yang menimpa kami. Cobaan yang bahkan membuat kami hampir
putus namun karna rasa cinta yang melawan jarak itu semakin hari semakin besar
dan sifat kedewasaanmu yang selalu kau ajarkan kepadaku maka cobaan itu pergi
menghindari hubungan kami.
Ya,
tepat hari ini hari jadi kita yang ke 31.536.000 detik, 525.600 menit, kita
telah melakukan banyak hal bersama walau sebagian besar kami lakukan melalui
benda dingin ini. 8.760 jam dan 365 hari kita berhasil menahan rindu yang terus
menggembu. Berhasil lawan segala macam hama yang akan merusak keharmonisan
hubungan kita. 12 bulan, kita saling mengutarakan soal rasa, soal sentuhan,
soal kasih sayang, soal cinta dan tentunya soal kita. 12bulan yang telah
mengajarkan banyak arti cinta dalam jarak. 1 tahun ini yang sangat luar biasa,
tak bisa aku ungkapkan dengan kata apapun itu selain kata “Istimewa”. Menangis
tertawa berduka bahagia bersama denganmu, dengan sosok yang telah mengajariku
untuk menaklukan jarak. Yang memberi pelajaran ilmu yang hebat kepadaku agar
jarak tidak akan pernah mengalahkanku.
Tak
banyak agenda yang kami rencanakan pada hari ini, hari dimana seharusnya kami
menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Bukan seperti
aku dan kamu yang tepat pada jam 00.00 WIB dini hari hanya bertemu via skype.
Saling memandang wajah yang disebut dengan kerinduan dalam. Saling
memperhatikan raut wajah satu sama lain. Saling mempertanyakan apakah dalam
jarak Depok-Jogja yang sejauh ini masih ada cinta sampai saat ini. Dan pastinya
selalu meyakinin satu sama lain bahwa cinta yang kami genggam itu akan erat dan
bahkan lebih erat dari kemarin dan lebih erat dari pasangan kekasih yang tidak
merasakan pahit manisnya Long Distance Relationship, seperti kami.
Namun,
aku tetap bahagia dengan segala hal yang telah kita lakukan bekalangan ini bahkan
aku selalu akan tetap bahagia dengan segala hal yang akan kita lakukan bersama
dimasa yang akan datang. Aku mengerti jarak antara Jogja-Depok itu tak seperti
jarak dari kamarku ke kamar mandi rumahku. Aku memahami tentang arti jarak
sesungguhnya. Kini, aku tak akan pernah menyerah karena jarak. Tak akan pernah
berlutut pada jarak dar memohon agar semua ini di hentikan begitu saja. Tak
akan pernah menangis Karena merasa lelah menghadapi ini semua. Tak akan pernah
mengeluh pada jarak yang selalu saat ini menjadi musuh kita. Cinta yang membuat
dua insan tegar bahkan lebih tegar dari biasanya. Kenyamanan yang tak
terbataslah yang menakdirkan kita akan selalu berjuang untuk melawan jarak.
Rasa sayang ini yang menyebabkan suasana percakapan kita setiap harinya
berwarna.
Satu
tahun telah berlalu, banyak cerita dalam satu tahun berjarak itu. 12bulan yang telah menciptakan
beribu kenangan, berjuta ucapan manismu, bermilyar khayalanku dan harapanmu.
Aku selalu menyemogakan agar satu tahun bahkan puluhan atau ribuan tahun
kedapan akan tetap menjadi aku dan kamu yang bahagia karena jarak.
Dari sosok
wanita yang selalu menunggu kedatanganmu
Di caffe yang
menjadi saksi bisu setiap kali kita
Bertemu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar