Sabtu, 30 Mei 2015

Tertakdir seperti ini

 Created By : Acandra Aryani

        Long Distance Relationship! Satu kalimat yang mungkin sebagian orang menghindarinya. Entahlah mungkin satu kalimat tersebut sudah membuat kesalahan pada orang yang menghindarinya itu atau apalah aku tidak mengerti. Dulu aku tak mengerti, mengapa harus terjadi suatu hubungan dalam jarak? Mengapa harus menanam rasa cinta dalam jarak? Mengapa harus menangis karna jarak? Mengapa segala sesuatu terjadi diatas jarak?. Beberapa sumber yang sudahku baca mengenai hal tersebut tak ada satupun yang dapat mejawab semua pertanyaanku secara rinci dan memuaskan hatiku. Tak banyak dari teman-temanku yang merasakan pahit manisnya Long Distance Relationship. Aku belajar sedikit banyaknya dari cerita teman-temanku mengenai hubungan mereka. Terfikir dalam bayanganku bahwa hubungan jarak jauh itu menyenangkan, bisa merasakan tekanan rindu yang semakin hari terus menjadi-jadi dan saat-saat bertatapan langsung itulah yang mereka dambakan. Indahnya kisah cinta mereka dalam jarak. Namun Long Distance Relationship juga dapat membawa beban pilu dalam hati kecil mereka, tak jarang mereka merasakan curiga kepada sosok pujaan hati mereka yang jauh disuatu daerah sana.

Dan perasaan dalam bayanganku bawa hubungan jarak jauh menyenangkan itu luntur secara perlahan. Aku tak kuasa membayangnya bagaimana bila aku yang menjalankan hubungan tersebut? Bagaimana jika tuhan memang sudah menakdirkan aku berpasangan dengan sosok mapan di luar daerah sana? Didaerah yang berbeda dengan tempat tinggalku. Bagaimana jika aku harus menahan rindu diantara kotaku dengan kotanya?. Aku terus mengikui alur tuhan tentang cerita cintaku ini.

        Namun kini denganmu, dengan sosok laki-laki yang berpostur tubuh besar, dengan sosok pria yang tak sengaja ku kenali. Aku mengerti tentang hubungan jarak jauh tersebut. Hubungan yang tak pernahku sangka akan terjadi, hubungan yang tak ku percaya akan sejauh ini. Bahkan, hubungan yang pernah aku hindari. Hubungan yang dengan semoganya membuat aku dan kamu menjadi dewasa. Entah kenapa rasa sayang dan cinta mengalir begitu saja tanpa ada pembatas apapun. Mengalir tanpa adanya kesengajaan. Dengan keyakinan yang semakin hari semakin menguat, aku sangat yakin kalau jauh disana kamu akan selalu berdoa untuk hubungan kita.

        Aku memutar ulangan kejadian tempo lalu. Saat aku sedang asik memilih buku untuk melengkapi tugas kuliahku. Sedang sibuk memilih buku mana yang pantas membantu tugasku agar terlihat sempurna dimata dosenku. Tiba-tiba setumpukan buku yang sedang ingin ku dekati runtuh begitu saja bahkan terjadi saat aku belum sempat menyentuh tumpukan buku itu sedikitpun. Alhasil semua orang di toko buku itu melihat dan mendekatiku, bahkan salah satu penjaga toko buku berkata bahwa aku harus membereskan buku-buku yang berserakkan dengan nada kesal, sangat kesal kepadaku. Gemetar semua tubuhku. Takut, malu, kesal, sekuat tenaga menahan air mata. Arrrgggg! semua bercampur aduk. Bagaimana tidak? Aku tak bersalah namun aku yang disalahkan. Disaat semua orang hanya melihatku membereskan semua yang bukan kesalahanku, Kamu dengan santainya berjalan mendekatiku. Tanpa basi-basi kamu langsung membantuku. “Lain kali hati-hati mba” Itulah kalimat yang hanya kau ucapkan padaku saat itu.  Hanya senyum tipis menahan malulah yang aku lontarkan kepadamu. Dan kalimat “Terimakasih udah bantu mas”-lah yang aku ucapkan untuk membalas jasamu, ya hanya ucapan terimakasih yang bisa kulakukan.

“Memangnya kamu mencari buku apa ?” sulit ku kira kau telah berkata itu kepadaku. Dari caramu menatapku pada saat itu, ku fikir kau termaksud salah satu bagian dari pria yang cuek tak mau tau tentang urusan itu. Namun kini kau telah mengubah fikiranku. Tenyata kamu termaksud salah satu bagian dari pria yang mau bergaul dengan siapaun. Percakapan kami dimulai bahkan, kami membicarakan mengenai banyak hal. Mengenai asal-usul maupun tujuan. Setelah berbicara banyak aku dapat menyimpulan bahwa kita memiliki satu kebiasaan sama, sama-sama senang membaca buku sendirian. Karna kesamaan itulah yang mulutku berbicara “Ini kartu namaku, kamu bisa hubungin aku jika ingin membaca buku bersama”.

Sulit aku pungkiri kamu benar-benar menghubungi. Dua bulan yang lalu terjadi begitu saja, kamu lebih sering menelfonku. Tanpa ku minta, kamu mulai bercerita tentang identitasmu. Dan akupun melakukan hal yang kamu lakukan kepadaku. Kenyamanan terjadi begitu saja. Tiba-tiba rasa khawatir itu datang ketika kamu tidak menghubungiku. Seketika rasa cemburu itu berkeliaran ketika aku melihat fotomu di media social bersama wanita lain. Apa itu namanya? Sayang? Ku rasa ini lebih dari sayang. Cinta? Menurut artikel yang aku baca cinta itu hal indah yang harus melalui proses. Tapi? Bukankah aku dan kamu sedang dalah proses? Dan bahkan satu bulan setelah kejadian di toko buku itu kamu mengutarakan isi hati dan kami resmi menjadi sepasang kekasih. Ya sepasang kekasih Long Distance Relatonship.

Kamu? Pria dengan raut wajah sederhana, dengan bulu mata yang dengan lentik, pria dengan suara yang berat namun sangat lembut ku dengarkan, dengan rambut yang ala-ala jambul itu, dengan hiasan kumis tipis yang kau miliki, dan pria yang memiliki senyum sederhana namun ingin sekali berulang aku memandangnya. Denganmu aku menjalankan semuanya dengan jarak. Takdir yang memerintahkan kita untuk melakukan ini semua. Takdir yang memutuskan untuk aku melanjutkan pendidikanku di Fakultas Ilmu Bahasa UI Depok, dan kamu yang telah menjadi salah satu mahasiswa mikrobiologi pertanian UGM.

“Jaga hati kamu dek. Jika ada waktu. Kita akan bertemu. Entah di Depok ataupun di Jogja”.  Kata itulah yang selalu kamu ucapakan diakhir percakapan kita yang hanya melalui telfon atau skype sekalipun. Dalam dinginnya malam, aku hanya bisa melihat indahnya wajahmu dan lembutnya alunan suaramu dalam benda dingin yang bernama laptop ini. Aku menikmati setiap waktu yang aku habiskan denganmu walau hanya melalui telfon genggam atau benda lipatan disebut laptop ini.

Sering aku menangisimu, entah karna cemburu atau menahan rindu yang menggembu. Tak pernah aku serindu ini, tak pernah aku secemburu ini. Aku ingin kau berada sini jika aku merasakan rindu yang terlalu dalam. Namun, aku harus tetap bersifat dewasa tetap bersikap seakan-akan aku kuat melawan jarak yang selalu berandai-andai bahwa jarak antara kau dan aku itu dekat, sangat dekat.

Enam bulan, depalan bulan, sepuluh bulan dan dua belas bulan. Terjadi begitu saja, tak sedikit cobaan yang menimpa kami. Cobaan yang bahkan membuat kami hampir putus namun karna rasa cinta yang melawan jarak itu semakin hari semakin besar dan sifat kedewasaanmu yang selalu kau ajarkan kepadaku maka cobaan itu pergi menghindari hubungan kami.

Ya, tepat hari ini hari jadi kita yang ke 31.536.000 detik, 525.600 menit, kita telah melakukan banyak hal bersama walau sebagian besar kami lakukan melalui benda dingin ini. 8.760 jam dan 365 hari kita berhasil menahan rindu yang terus menggembu. Berhasil lawan segala macam hama yang akan merusak keharmonisan hubungan kita. 12 bulan, kita saling mengutarakan soal rasa, soal sentuhan, soal kasih sayang, soal cinta dan tentunya soal kita. 12bulan yang telah mengajarkan banyak arti cinta dalam jarak. 1 tahun ini yang sangat luar biasa, tak bisa aku ungkapkan dengan kata apapun itu selain kata “Istimewa”. Menangis tertawa berduka bahagia bersama denganmu, dengan sosok yang telah mengajariku untuk menaklukan jarak. Yang memberi pelajaran ilmu yang hebat kepadaku agar jarak tidak akan pernah mengalahkanku.

Tak banyak agenda yang kami rencanakan pada hari ini, hari dimana seharusnya kami menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Bukan seperti aku dan kamu yang tepat pada jam 00.00 WIB dini hari hanya bertemu via skype. Saling memandang wajah yang disebut dengan kerinduan dalam. Saling memperhatikan raut wajah satu sama lain. Saling mempertanyakan apakah dalam jarak Depok-Jogja yang sejauh ini masih ada cinta sampai saat ini. Dan pastinya selalu meyakinin satu sama lain bahwa cinta yang kami genggam itu akan erat dan bahkan lebih erat dari kemarin dan lebih erat dari pasangan kekasih yang tidak merasakan pahit manisnya Long Distance Relationship, seperti kami.

Namun, aku tetap bahagia dengan segala hal yang telah kita lakukan bekalangan ini bahkan aku selalu akan tetap bahagia dengan segala hal yang akan kita lakukan bersama dimasa yang akan datang. Aku mengerti jarak antara Jogja-Depok itu tak seperti jarak dari kamarku ke kamar mandi rumahku. Aku memahami tentang arti jarak sesungguhnya. Kini, aku tak akan pernah menyerah karena jarak. Tak akan pernah berlutut pada jarak dar memohon agar semua ini di hentikan begitu saja. Tak akan pernah menangis Karena merasa lelah menghadapi ini semua. Tak akan pernah mengeluh pada jarak yang selalu saat ini menjadi musuh kita. Cinta yang membuat dua insan tegar bahkan lebih tegar dari biasanya. Kenyamanan yang tak terbataslah yang menakdirkan kita akan selalu berjuang untuk melawan jarak. Rasa sayang ini yang menyebabkan suasana percakapan kita setiap harinya berwarna.

Satu tahun telah berlalu, banyak cerita dalam satu tahun  berjarak itu. 12bulan yang telah menciptakan beribu kenangan, berjuta ucapan manismu, bermilyar khayalanku dan harapanmu. Aku selalu menyemogakan agar satu tahun bahkan puluhan atau ribuan tahun kedapan akan tetap menjadi aku dan kamu yang bahagia karena jarak.

Dari sosok wanita yang selalu menunggu kedatanganmu
Di caffe yang menjadi saksi bisu setiap kali kita
Bertemu.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar