Selasa, 09 September 2014

PING!!!

Suara itu terdengar lagi ditelingaku, sering kali ku dengar sampir setiap menit, setiap saat dimana Blackberryku mengedipkan lampu merahnya. Tanda BBM masuk, yang aku yakin itu adalah BBM darimu.  BBM yang isinya menimbulkan senyuman yang tak terarah, kadang senyum tipis kadang senyum lebar. BBM yang kadang mengirimkan kata-kata yang tak bisa aku arti kan. BBM yang kadang mengirim kata-kata yang membuat hati tenang. BBM yang kadang membuatku lupa waktu. Namun lebih sering berpaku dengan BBM yang membuatku penasaran dengan sosok dirimu yang dingin.

Entah apa arti dibalik chattingan kita ini. Chattingan yang kadang penuh dengan canda. Chattingan yang kadang merubah suasana hangat menjadi suasana dingin bahkan beku. Chattingan yang lebih sering dimulai dari aku yang milih tulisan “PING!!!” untuk aku tekan. Dan chattingan yang kadang mengundang tawa. Kita yang di perkenalkan tuhan melalui karya tulisannya yang berjudul “BBM” karna memang tuhan mengizinkan kita berkenalan melalui BBM dengan saling menge-“PING”.

Mengulang dua hari kemarin, saat kamu nge-PING!!! Aku sampai sepuluh kali. Saat kamu bertanya aku sedang dimana dan bersama siapa. Dan kamu tau? Saat itu aku merasa percaya diri kalau kamu ingin nemenuiku saat itu juga. Perempuan yang tak banyak bisa berdandan ini merapikan rambut yang agak acak-acakan akibat aktivitas hari ini. Membenahkan pakaian agar tidak terlihat kusut. Dan terus bersolek didepan cermin hingga menampilkan penampilan yang membaik dari pada penampilan sebelum bercermin namun masih jauh dari kata sempurna. Namun sayang, ini hanyalan keyakinan yang tidak di hiasi dengan kepastian yang selalu berujung kecewa, dia tidak menemuiku.

Aku tak tahu apa arti tatapan matamu disetiap kita bertemu bahkan berbicara. Aku tak mengerti arti senyummu yang selalu aku dapatkan secara langsung ketika kita sedang berpapasan. Aku juga tak mengerti mengapa tuhan mempertemukan kita agar lebih mengenal melalui social media yang tak nyata. Dan aku lebih tak mengerti mengapa tuhan mengenalkan kita secara singkat melalui dunia nyata. Tuhan! Bukankah setiap wanita memiliki keinginan untuk menggengam kekasihnya secara nyata, bukan secara maya. Aku wanita tuhan aku ingin menggengam erat tangannya, aku ingin bersalaman dengannya, aku ingin jauh mengenal dia melalui dunia nyata bukan dunia maya.

Aku takut jika awal pertemuan kita yang cukup sederhana dengan memalui sekata “PING!!!” ini membuat akhir yang membuatku patah hati. Yang membuat ku kecewa. Yang membuatku hancur berantakan. Tuhan! Aku benar-benar ingin memeluknya secara nyata bukan memeluknya secara maya dengan menggunakan emotion peluk, sekarang.

Entah mengapa. Semakin lama aku semakin penasaran dengan sosok dirimu, semakin lama aku semakin nyaman chattingan dan bertemu denganmu walau hanya berpapasan saja tanpa adanya kata “hay” namun diiringi dengan senyuman. Semakin aku ingin dekat denganmu, semakin juga kamu ramah kepadaku. Handphoneku berkedip merah. BBM baru telah memenuhi notification handphoneku sehingga agak lemot. Namamu muncul di layarku, kamu menge-“PING!!!”-ku.

Semenjak saat kamu menge-PING-ku waktu itu. Kita jadi semakin dekat. Semakin mengenal. Semakin melengkapi. Semakin bahagia senang dan kasmara. Apa ini yang dinamaka jatuh cinta? Senyum-senyum tak menentu mendengar Voice note darinya. Guling-gulingan enggak jelas saat dia mengucapkan “Good Night:*”. Dan merem melek merem melek saat mendapatkan senyuman darinya secara langsung. Cinta itu gila bisa membuat orang stress akan adanya.

Semakin hari semakin dekat semakin sering bersama semakin tau satu sama lain. Kamu mengungkapkan rasa kagummu terhadapku dan aku mengungkapkan rasa kagumku terhadapmu. Belakang ini aku lebih sering membaca kata “Jangan lupa makan nanti kamu sakit” pada BBM yang sering aku dapatkan darimu.

Tuhan? Bolehkan aku meminta yang lebih dari seorang teman atau sahabat? Bolehkan aku mencintainya dengan berawalan sekata “PING”? Bolehkan aku menemani hidupnya, selamanya? Mugkin aku mencintainya, aku sangat nyaman bersamanya. Namun tetap saja. Rasa khawatirku akan kamu semakin hari semakin bertambah. Khawatir kamu melirik atau nyangkut pada wanita lain karna komunikasi kita yang kadang berantakan. Namun aku tetap percaya padamu, seseorang yang sifatnya lebih banyak mencorong kearah sifat yang dingin.

Kamu memang cuek tapi aku tetap beranggapan bahwa kamu adalah pangeran kerjaan yang turun dari kuda kesayangannya untuk menjemputku pulang kekerajaannya yang amat sangat ramah hatinya. Sifatmu berubah drastis. Aneh sungguh aneh. Kamu jadi seorang yang sangat amat peduli denganku. Menjadi orang nomer satu disaat aku menangis. Menjadi orang yang paling mengertiku. Aku menyukai sifatnya yang sekarang , Tuhan.

Sebulan dua bulan tiga bulan empat bulan hingga lima bulan kita melakukan hubungan bahagia tanpa status ini, kamu sudah mulai berani memberikan beberapa tangkai bunga mawar untuku didepan teman-temanku. Itulah yang membuat kata “Cie” keluar dari mulut para sahabat ku dan sahabat mu. “Aku sayang kamu, Aku sangat amat mencintaimu. Aku menyesal mengapa rasa takut untuk mendekatimu ini terlalu besar , sehingga baru belakangan ini aku berani mendekatimu”

Susunan kata yang indah. Yang membuatku ingin terus mengulang tulisan itu. Berakit-rakit dahulu bersenang-senang kemudian. Aku percaya pelangi turun disaat hujan reda. Kini tuhan membelokan cerita, cerita dimana aku dan kamu disatukan dalam dua dunia, maya dan nyata. Cerita dimana kamu dan aku yang lebih sering menghiasi hari melalui dunia nyata bukan dunia maya. Aku lebih bahagia dengan ini, tuhan. Dan aku percaya janji kita yang akan terus bersama akan terus tetap ada. Bukankah janji itu tidak untuk di ingkari? Apakah aku boleh marah denganmu jika kau telah mengikarinya?. Bolehkan aku meminta pada tuhan, hukum kamu jika kamu mengingkari janjinya? Bolehkan aku berharap bahwa semuanya terjadi secara tulus, bukan karna belah kasihan?. Aku percaya sesuatu akan indah pada waktunya, seperti aku dan kamu.


Dari sosok wanita chattingan pada BBM-mu yang berawal dengan sekata “PING!!!”

Menyatukan Kita!

Langit bekasi yang siang itu sangat cerah, matahari seperti enggan ditutupi awan barang sedetikpun. Sudah satu jam aku menunggu dan seseorang yang dinanti tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Aku terus sibuk memperbaiki jilbab yang ku kenakan untuk bertemunya, aku berusaha terlihat tetap cantik meskipun sinar matahari membuat aku cukup berkeringat. Berkali-kali aku memperhatikan jam tangan. Aku tak ingin waktu terus berjalan maju atau mundur. Yang aku inginkan adalah sosok yang ku tunggu itu segera hadir diharapanku, sekarang. Jemariku terus membasuh butiran-butiran keringat yang menyentuh pelipis dengan selembar tisu yang ku genggam.

Aku sudah sangat pegal menunggu dan sangat lelah menunggu, duduk dibangku kaku yang terbuat dari semen dengan hiasan beberapa keramik cantik yang tertata rapi. Tak ada kata kesal dalam penantian ini, aku tetap menunggu sampai ia benar-benar datang. Aku tak mau lewatkan waktu bersamanya. Tak mau membuang-buang kesempatan untuk bertemunya. Waktu sudah menunjukan pukul 14.40 WIB, Ya Allah ! Aku belum shalat dzuhur. Waktunya mepet, aku harus segara mendapatkan rumah Allah untuk aku melaksanakan shalat Dzuhur. Aku meninggalkan tempat duduk dingin, tempat aku menunggunya. Aku akan kembali ke tempat itu setelah aku melaksanakan shalat dzuhur.

Kewajibanku untuk setor 4rakaat kepada Allah, sudah ku jalankan. Aku kembali ketempat aku berjanjian untuk bertemunya, dengan harapan dia sudah ada ditempat duduk sana. Hanya harapan, dia tetap tidak ada di tempat kami berjanjian. Aku cemas, aku khawatir. Aku terus mencoba menghubunginya, namun tak ada jawab sama sekali. Perasaanku gelisah tak menentu. Sebenarnya dia sedang apa disuatu tempat itu?.

Panggilan Allah berkumandang lagi, tanda telah masuki waktu Shalat Asar. Langkahku berjalan menuju masjid dekat tempatku menunggunya. Gerakan badanku yang mengikuti imam yang memimpin, aku shalat berjamaah. Selesai shalat, aku tak langsung menuju tempat kami berjanjian. Aku melangkah kearah warung samping masjid untuk membeli beberapa makanan dan minuman untuk menganjal perutku yang keroncongan.

Sudah berapa jam aku menunggunya? Satu? Dua? Tiga? Lebih dari tiga jam aku menunggunya, bahkan mungkin hampir 5 jam aku menunggunya. Lelah cape! Menunggu itu membosankan. Tapi entah mengapa aku tak ingin pergi meninggalkan tempat ini. Entah mengapa aku tetap pecaya bahwa ia akan datang menemuiku.
Hingga akhirnya dia benar-benar datang dengan membawa buku yang ia gengam erat, alkitab. Mata ku langsung terarah kearah kalung salip yang ia  pakai setiap waktu.
     “Maafin aku, tadi sepulang kuliah, Pendetaku tibatiba menelfon. Aku ada latihan paduan suara di greja, handphone tak boleh digunakan, jadi aku tak bisa memberi kabar kepadamu, ampuni aku”
     “Tidak apapa, aku tetap menunggu disini, aku yakin kamu datang”
     “Aku kangen kamu”
     “Iya aku juga”
     “Iya puji tuhan, kita masih bisa bertemu hari ini!”
     “Syukur, allhamdulilah”
Jarum jam bergerak sangat cepat saat aku menghabiskan waktu bersamanya. Detik-detik azan magrib, ditengah perbincangan kami dia mengingatkanku.
     “Udah mau adzan kamu shalat sana, aku antar kamu ke masjid”
Dia sudah terbiasa menemaniku untuk menjalankan kewajibanku sebagai umat islam, shalat 5 waktu. Bahkan dia pernah membelikanku buku-buku tentang agamaku, agama islam. Pernah aku menemaninya untuk sembanyang, dengan setianya aku menunggu diwarung kecil depan grejanya selama berjam-jam. Berharap ia khusyu menjalankan sembayangnya, dan focus meminta pada tuhannya atas apa yang ia butuhkan bukan apa yang ia inginkan.
Kami berbeda agama, tapi kami punya cinta. Tasbih erat dalam genggamanku, Rosario cantik tergantung dilehernya. Seperti biasa, al-quran ditanganku dan Alkitab ditangannya. Tuhan! Kita memang berbeda, aku bersujud, ia melipat tangan. Air mata mengalir melewati bibir, bulir air yang disebabkan cinta.
Kami sangat mencintai, sangat menyayangi. Kami sangat berbeda, Jauh berbeda. Aku Allah S.W.T dia Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan? Bukankan cinta itu banyak perbedaan? Dan perbedaan yang membuat semuanya indah?. Aku dan dia memang jelas berbeda, tapi kami saling menghormati. Kami punya cinta, cinta yang begitu besar. Cinta yang dapat menyatukan perbedaan terbesar ini. Perbedaan itu indah. Cinta kami indah.
Dari sosok wanita yang ingin mengerti lebih lanjut tentang cinta dan agama.


Created By Acandra Aryani

Setelah satu tahun..


Aku lepas kaca sepion dihatiku, agar aku tidak pernah lagi memandang, melihat ataupun melirik kebelakang untuk melihat sesuatu yang surah telah terjadi. Setahun dua tahun aku belajar melupakan mu, semenjak kita memilih untuk mensudahkan kisah cinta ini karna perselingkuhan. Hidupku tak lagi mendengar tawa candamu, tak lagi melihat senyum manismu yang kau lontarkan kepadaku. Hening, Sunyi, Tak bersuara, Sepi hati ini terasa tak terisi oleh apapun juga.

Namun semakin hari semakin lama, aku mampu melupakanmu secara seutuhnya. Kenangan kita, Tawa kita, Aku lupakan dengan waktu yang tak singkat dengan bantuan dari para sahabat dan teman dekatku. Sudah ada beberapa pria lain yang sempat singgah dihatiku, dan memberikan kebahagian secara vertical maupun secara horizontal. Aku lebih bahagia dengan kehidupanku yang saat ini, dikelilingi oleh orang yang sayang kepadaku, sahabat. Saat aku dalam kenyamanan hidupku yang saat ini. Aku tak menyangka dengan semua ini dan aku tak mengerti dengan naskah drama yang diberikan tuhan kepada kehidupanku.

Kamu datang kembali di kehidupanku, datang dengan menanyakan kabarku dan keluargaku, dan dengan bernostalgia menceritakan kisah cinta kita dua tahun yang lalu.Namun? kamu datang disaat kamu masih memiliki hubungan dengan wanita lain. Tuhan? Rencana apa yang kau berikan kepadaku? Mengapa engkau seakan ingin aku mengulang seperti dulu bersamanya?.

Cinta dan sayang itupun mulai terpancar dihati kita masing-masing. Dan ini untuk kedua kalinya kamu mengatakan cinta kepadaku tanpa hubungan apapun dan bahkan kamu mengatakan sayang kepadaku saat kamu masih bersama wanita lain. Apa yang harus aku perbuat? Aku menolak rasa sayangmu? BODOH! Aku sayang padamu entah mengapa rasa sayang itu terjadi untukmu, namun aku harus menjaga perasaan wanita yang saat ini telah bersamamu. Beberapa hari kemudia aku mendengar kamu bahwa kamu sudah tak bersama wanita itu. Kaget? Jelas aku sangat kaget mendengar bahwa kamu telah mengakhiri kisah cinta kamu dengan wanita itu.

Sesaat kemudian, kamu mulai melakukan sesuatu yang spektakules. Kamu menyatakan cinta kepadaku dan kamu meminta untuk mengulang semua seperti dua tahun yang lalu, aku menjadi kekasihmu. Tanpa basa-basi aku menerimamu karna rasa sayang dan cinta itu telah menghantuiku secara keroyokan. Berjalannya hari, kisah cinta kita terjadi begitu indah, sangat amat terkenang dalam fikiranku. Kamu sayang aku, aku sayang kamu. Kamu cinta aku, aku cinta kamu.

Dari mulai kita jalan-jalan yang enggak jelas tujuannya, nonton televisi berdua, makan siang berdua yang sangat mengesankan, mengulang permainan masa kecil berdua, beli ini-itu hanya berdua, bernosralgia berdua, membersihkan telingamu yang dipenuhi kotoran yang enggak jelas wujudnya, aku manjain kamu dan kamu manjain aku, mengerjakan tugas berdua denganmu, saat kamu aku kerumahmu dan saat aku sakit kamu kerumahku untuk berkata “cepat sembuh sayang” dan mencium kening, dan masih banyak sesuatu yang telah kita lalui bersama dalam suka dan duka.

Disaat aku sedang berada dititik pusat ternyamanku bersamamu. Tiba-tiba aku membaca pesan dikontakmu dengan wanita lain, seperti orang menjalani suatu hubungan. BRAKK!! Ada apa ini? Apa aku hanya salah dalam membaca isi pesan itu? Kenapa kalimat yang tertera pada pesan itu begitu membuat aku sakit bahkan hancur berkeping-keping?. Siapa dia yang telah berkata semanis itu kepadamu? Dan siapa dia yang mampu membuat kamu mengeluarkan kata-kata manis untuknya?. Kamu mengkhianati cintaku? Kamu menodai kasih sayangku?. Kenapa kamu bermesrasaan dengan wanita yang aku kenal itu? Kenapa kamu tega melakukan ini semua kepadaku?. Tolong beri aku alasan yang jelas sejelas-jelasnya tentang hubungan kamu dan wanita itu?

Buat apa aku sayang dan cinta padamu kalau saja kamu seperti ini kepadaku?. Kejadian itu membuatku amat sangat membencimu dan amat sangat membenci wanita itu. Bagaimana tidak? Saat aku berada disuatu perasaan yang sangat amat sayang kepadamu dan saat aku berada di pucak ternyamanku denganmu, kamu tega mengkhianati cintaku dan kamu munculkan wanita itu dihubungan kita ini. Hanya ada kata “putus” yang terlintas dibenakku, aku menyesal telah memberikan ketulusan ini padamu.

Dua hari setelah aku mengucapkan kata “Hubungan ini berhenti sampai disini”, kamu datang kepadaku dengan membawa seribu penyesalan dan memintaku untuk kembali padamu.  Kamu lontarkan kalimat demi kalimat dan merangkai sejuta ucapan janji manis yang berniat kau berikan kepadaku. Bagaimana aku bisa percaya dengan semua omongan manismu? Atas dasar apa? Cinta? Ya aku memang amat sangat mencintaimu tapi aku terlanjur membencimu.

Kamu terus memohon agar aku kembali kepadamu, kamu mulai membuat drama dengan mengeluarkan air mata buayamu dan kamu mulai memainkan naskan yang sudah kamu buat dan diatur sedemikian rupa entah untuk menyakitiku atau membahagiakanku. Seratuh persen kamu berhasil dengan semua itu, aku luluh dengan semua perbuatanmu, aku luluh dengan semua janji manismu, aku luluh dengan semuanya. Aku berkata “Iya aku mau” pada permohonanmu dan berharap semuanya sama seperti omongan manismu itu.

Sehari dua hari tiga hari sampai tujuh hari, kamu melalukan semuanya sesuai apa yang kamu katakan kepadaku. Senang rasanya aku melihat perubahan sikapmu menjadi seperti masa PDKT kita sebelas bulan yang lalu. Namun setelah itu sifat kamu berubah kepadaku, kamu lebih menjadi pria yang sangat agresif, pria yang sifat sentimennya tinggi dan terlebih kamu lebih suka mengatur hidupku. Aku bingung kenapa semua itu terjadi setelah tujuh hari itu.

Aku jalani ini semua seperti biasa, tak membahas soal apapun itu walau hatiku terasa sangat amat gelisah dengan perubahan sifatnya. Aku mencari-cari asal-usul mengapa kamu berubah kepadaku? Apakah ada wanita lain lagi? Apakah karna cinta dan sayang kamu telah terbagi-bagi untuk kedua kalinya?. Saat aku membahas soal sifatmu, kamu selalu berkata “kamu selalu marah. Coba liat dirikamu sendiri”. Atas dasar apa kamu berkata itu padaku? Atas dasar kau tidak mau disalahkan? Egois! Kamu hanya mementingkan kepentingan pribadimu.

Saat ini kamu selalu datang padaku disaat kamu hanya membutuhkan sosokku, saat ini kamu selalu pergi dan melupakanku disaat kamu sedang bersama sahabat dan hobbymu itu. Disaat kamu butuh perhatian, saat itu hanya aku yang harus memperhatikanmu. Disaat kamu butuh teman sebagai pelampiasan amarah dan rasa cape kamu, saat itu hanya ada aku sebagai tiang untuk kamu meluapkan semuanya. Kamu kasar padaku, kamu cuek padaku, aku harus berinteraksi dengan semua perubahan sifatmu.

Namun, semakin lama aku semakin menyadari bahwa apa yang terucap dari bibir manismu itu tidak seperti kenyataan yang kamu berikan kepadaku. Aku semakin yakin dengan perasaanku ini, saat hari jadi kita yang ke satu tahun. Kamu hanya melontarkan kalimat manis yang berbunyi “Akan aku bawa kamu kemakam alm.ibundaku saat usia hubungan kita satu tahun untuk meminta restu”. Usia hubungan kita ke satu tahun tepat hari ini, namun apa yang terjadi? Kamu telah memberikan harapan kepadaku. Aku tidak mencium tanda-tanda kalau kamu ingin mengajal aku ketempat pemakaman alm.ibundamu, dan kamu tidak ada basa-basi tentang tujuan kita mengunjungi pemakaman tempat dimakamkannya alm.ibundamu. Aku mencoba menanyakan mengapa kamu tidak jadi membawaku ke makan alm.ibundamu. Dan dengan entengnya kamu menjawab “Apa kamu sudah pantas untuk kemakam alm.ibundaku?”

Sedih? Nyesek? Kecewa? Iya jelas tentu. Bagaimana tidak? Aku sudah berharap banyak padamu, dan ternyata semua hanya harapan palsu semata. TOLOL! Aku mudah percaya dengan semua itu. Semakin lama, semakin hari, aku semakin membencimu dan amat sangat membencimu. Rasanya aku ingin sekali membuangmu ke samudra hindia agar kamu dimakan oleh ratusan ikan firanha dan aku tidak melihat batang hidungmu lagi.

Sabar, sabar dan sabar yang selalu aku ucap dalam doaku selama ini, sabar dalam menghadapi scenario konyol ini. Sampai-sampai aku sudah tidak kuat dengan drama basi ini. Dan sampai aku memilih untuk meninggalkanmu selamanya. “Sudah ya kita tidak ada hubungan apa-apa lagi” kalimat itu terucap lagi dari mulutku sendiri. Kini, sudah tidak ada lagi kita yang terdiri dari aku dan kamu, sudah tak ada kenangan kita yang sempat terjadi selama satu tahun satu bulan ini.

Rasa sayangku kekamu tak bisa di timbang dengan alat timbangan apapun karna terlalu berat dan rasa cintaku begitu amat sangat besar terhadapmu, namun semua itu telah terselimuti oleh rasa benciku yang begitu besar tehadapmu. Menyesal telah mensudahkan ini semua? Tentu aku sudah tak memilikumu lagi tapi tidak begitu menyesal. Setidaknya aku tak akan pernah lagi mengemis untuk dihargai, aku tak lagi memohon untuk menjadi nomer satu dihidupkamu, aku tak lagi mendengar omelan kasar bahkan kata-kata yang tak pantas yang kau lontarkan kepadaku. Dan satu lagi, setidaknya aku mendapat pelajaran yang amat sangat berharga.

Apa aku akan membenci wanita yang akan menjadi penggantiku? Tidak! Tidak sama sekali. Alasan apa aku membenci wanita itu? Aku sudah tidak punya urusan apapun juga denganmu. Terimakasih karna dengan adanya kamu dihidupku, aku jadi mengerti mana yang janji manis dan mana yang janji tulus.

Big thanks you for all your sweet memories of painting in my heart and Big thanks you too for all the cuts you make in these memories. I REALLY HEAT YOU, MYDEAR!!!

Created  By Acandra Aryani

Senin, 08 September 2014

Rahasia tuhan!

Created By Acandra Aryani
Sudah tidak aneh dengan ini semua, perasaan yang membuatku susah tidur, kurang berkonsentrasi. Perasaan yang entah ini mengartikan dirinya sebagai moodbooster atau bahkan moodbreaker. Perasaan yang seperti panah, tak jelas arah. Perasaan yang selalu mendorongku untuk selalu menulis namanya dalam sebuah buku diary-ku. Perasaan yang selalu mempekerjakan otakku agar memikirkannya. Perasaan yang sudah lama aku rasakan, lama sekali.
Bertahun-tahun aku mengetahui namanya, sudah puluhan bulan aku mengenalnya dan semakin lama semakin mendalam aku mengenal sosok dirinya. Ingatkah, sayang? Saat kita pertama bertemu. Tak ada rasa cinta dihati kita masing-masing. Tak ada rasa sayang yang tersimpan untuk kita. Tak ada rasa peduli diantara kita. Bahkan tak ada rasa ketertarikan diantara kita. Tapi sayang? Tuhan membelokan itu semua. Semakin mengenal, kita semakin cinta, semakin sayang, semakin peduli, semakin saling tak mau merasa kehilangan.
Indah, cerita tuhan yang terjadi pada saat itu indah. Bayangkan saja, anak SD yang baru memasuki wilayah SMP sudah mulai memberanikan diri untuk jatuh cinta. Sudah mulai berani menjalani hubungan dengan janji “Tak akan terpisah”. Anak kecil yang konyol, yang tak mengerti arti cinta sesungguhnya. Yang tak tahu banyak bagaimana menjadi sosok kekasih yang di banggakan. Dan bahkan tak banyak mengerti tentang bagaimana menjaga keharmonisan dalam hubungan. Tuhan! Anak kecil itu identik dengan tidak keseriusan, dan mengapa kau mempertemukan aku dengan dia pada keadaan aku yang masih lugu bahkan culun? Bukankan semua orang ingin menjalankan hubungan yang serius? Aku juga ingin seperti itu, tuhan. Aku mengikuti semua alur cerita tuhan pada saat itu, tanpa harus memikirkan berat kecilnya resiko yang harus aku hadapi esok atau nantinya tetang hubungan cinta monyet ini.
Indah sudah cerita kita, hampir satu tahun kita menjalankan hubungan. Namun, kandas ditengah jalan. Cerita cinta anak kecil yang begitu mengesankan kini terus teringat dalam benakku hingga ku dewasa. Cerita cinta anak kecil yang masih ingusan yang berakhir dengan cukup serius membuat ku berhati-hati dalam memilih cinta selanjutnya. Entahlah perasaan ini tetap ada hingga aku menduduki bangku yang hampir tamat SMP.
Raut wajahmu yang sedikit berubah menjadi agak dewasa, hidungmu yang tetap mancung dan senyum tipis dibibirmu yang membuat wajahmu tampak sempurna. Kamu mulai memancarkan perasaan cinta diantara kita. Kamu mulai memberi perekat pada hati kita untuk mendekat dan mengulang kejadian pada saat pertama kali kita bertemu. Mengapa tuhan membelokan cerita cintaku lagi? Mengapa tuhan seperti ingin aku tetap denganmu? Apakah tuhan mengerti bahwa aku masih sangat mencintaimu, sehingga tuhan kasian melihatku yang selalu berdoa dan menangis menyebut namamu?
Sayang? Kini kau datang dengan sosok dirimu yang lebih dewasa. Kini kau datang dengan keberanianmu untuk menyatakan cinta didepan teman-temanku. Dan kini kau datang membawa cinta yang lebih besar dari sebelumnya. Aku menyukai ini tuhan, menyukai dimana aku kembali bersamanya. Menyukai dimana aku kembali tertawa, menangis, mensendu bersamanya, hanya bersamanya. Aku mencintainya tuhan. Benar-benar mencintainya.
Aku selalu terbayang mimic wajahmu saat kamu berkata “kamu udah makan sayang, aku gak mau kamu sakit”. Tak dapat aku takar seberapa banyak kebahagianku telah bersamamu kembali. Aku sangat menyayangimu. Semuanya berbeda dalam waktu yang tak bisa diduga. Semuanya aneh, semuanya membuat sakit lebih sakit dari biasanya. Boleh kah aku bertanya pada tuhan?. Mengapa kau menciptakan sosok wanita lain dalam hubungan aku bersamanya ini? Mengapa cerita cinta yang indah itu harus terpeleset menjadi cerita cinta yang tak ingin aku alami?. Kita putus, untuk kedua kalinya kita putus.
Satu tahun lebih kita kembali menjalin hubungan dengan cinta dengan tawa dan bahagia. Dan dalam waktu satu jam hubungan kita hancur berkeping-keping. Sakit tuhan! Hubungan yang berawalan putih biru harus berpisah pada putih abu-abu. Aku sangat mencintainya namun dia telah menghadirkan sosok wanita lain dalam hubungan indah ini. Inilah yang aku takutkan selama ini. Bukankah janji itu tak untuk diingkari? Dan bukankah kita boleh berdoa pada tuhan agar menghukum orang yang telah melanggar janji?. Kalau begitu, Bolehkah aku marah dan meminta hukuman kepada tuhan atas janji-janjimu yang telah kau ingkari?. Dan bolehkan aku meminta kau agar berjanji agar tidak mengingkari semua janji-janjimu?
Mungkin saat ini aku menjadi makhluk tuhan yang paling bodoh sok dewasa dan sok mengerti akan cerita dalam buku rahasia milik tuhan ini. Aku adalah wanita tertolol yang selalu tegar disetiap kali aku melihat dia laki-laki yang sampai saat ini aku cinta bersama dengan wanita pilihannya. Aku wanita kuat disetiap kali aku melihat post-ing pada account social miliknya yang berkata romantic kepada wanita pengisi hatinya yang baru itu, dan semua itu hanyalah topeng aku pakai erat-erat agar sosok diriku yang lemah terhindar dari orang lain dan dari sosok laki-laki yang aku cintai.
Lima tahun aku mengenalmu, dua tahun aku hidup dengan cintamu. Bertahun-tahun aku tersiksa akan cinta yang tumbuh dihatiku untukmu.  Bertahun-tahun di hantui dengan semua kenangan kita. Bertahun-tahun aku menjadi woderwomen saat aku harus melihat kau bersama wanita lain. Bertahun-tahun aku harus menjaga senyum ini dari serangan rasa patah hati yang telah menjajah hatiku. Dan bertahun-tahun aku tetap mencintaimu.
Tuhan? Bolehkan aku menginginkannya kembali? Bolehkan aku terus menerus mencintainya? Bolehkah aku berdoa agar dia tetap mencintaiku? Bolehkah aku bermimpi tentang kenangan yg indah bersamanya? Bolehkah aku berharap agar dia menjadi kekasihku bahkan jodohku?. Aku mengenalnya bukan semenit duamenit, sejam duajam, sehari duahari, sebulan dua bulan. Tapi aku mengenalnya sudah bertahun-tahun, aku sangat mengenalnya bahkan mencintainya. Jadi tuhan, tolong kembalikan dia padaku, wanita yang mencintainya dengan tulus selama bertahun-tahun.

Untukmu yang bertahun-tahun berkunang-kunang dihatiku.
Dari sosok wanita yang tak bisa berhenti mencintaimu, walau sudah disakiti sekalipun dan tak pernah mengerti tentang rahasia tuhan ini.

Sekotak Brownies...

Sekotak brownies yang aku bawa hari ini, sebotol minuman yang aku tenteng siang ini, berharap kamu melirikku dan menghabiskan makanan yang aku bawa ini. Jika kamu melakukannya sungguh senangnya hatiku dan langsung ku tulis kejadian itu di buku mungil diaryku agar tertata rapi semua kenangan kita. Sayangnya, itu semua hanya banyangan indah yang sempat melintas dibenaku. Berulang aku selalu membawa sekotak brownies dan sebotol minuman dan berulang kali bayangan manis denganmu selalu terbanyang di fikiranku. Bagaimana bisa kau membuat aku terjatuh dalam kisah cinta ini? Apa yang kau punya sehingga aku tergila-gila padamu? Mengapa aku tak pernah peduli dengan mereka yang selalu mengejekmu ? Dan mengapa aku ingin sekali berdekatan denganmu?

Wajahmu yang oval, kulitmu yang hitam manis, Suaramu yang syahdu, Senyumanmu yang melebihi manisnya gula jawa, Tinggi badanmu yang melebihi tinggi badanku dan Tatapan matamu yang membuatku luluh. Aku selalu mencari-cari tahu tentang dirimu, dari mulai social media, sahabat terdekatmu sampai sepupumu sudahku wawancara tentang dirimu. Yang paling aku senang mendengarnya adalah saat sahabatmu berkata “Dia masih single” Waw hatiku seperti sedang koprol dan melayang di langit keseribu. Belum lagi sahabat dan teman kelasku yang selalu mengejeku tentangnya yang membuat aku semakin sayang padanya. Apalagi saat ini aku sekelas dengannya yang setiap hari hanya bisa memandang wajahnya dan mencuri pandang kepadanya saat ada guru yang sedang berbica menjelaskan pelajaran hari pada hari itu.

Rasa perhatian dari dalam diriku itupun datang untuknya. Semakin lama semakin peduli semakin cinta semakin sayang dan semakin ingin dekat dengannya. Beribu kata-kata harapanku denganmu, selalu ku panjatkan dalam doaku. Saat salah satu sahabatmu berkata bahwa ternyata kau juga sayang denganku. Tak dapat ku takar berapa kilo kebahagianku saat itu. Rasanya ingin sekali teriak sekencang-kencangnya agar seluruh dunia dan seisinya tau bahwa aku sayang kamu dan kamu sayang aku dan agar seluruh dunia ini tau tentang perasaan kita. Kita sudah sama-sama saling mencuri-curi pandang, ya walau suka terpegoki oleh teman namun tak ada kata kejujuran bilang kalau kita sedang mencuri pandang. Saat dipergoki teman seperti itu aku hanya menjawab “Hihi apaansih” hanya itu yang dapat aku katakan kepada temanku. Karna aku tak tahu jika temanmu bertanya seperti itu kepada mu, kau akan jawab apa. Aku tak tahu……

Sehari dua hari, curi-curi pandang kita berhasil dengan bahagia. Kamu senyum kepada ku dan aku senyum kepadamu. Setiap pulang sekolah langsung ku tulis cerita cinta kita di buku mungil diary agar setiap saat aku bisa membaca kenangan manis kita. Aku juga sempat menjadi paparazzi dalam hidupmu, aku sengaja memotret kau yang sedang tersenyum, sedang marah, sedang bingung bahkan sedang melamun sengaja aku memotretmu diam-diam dengan menggunakan handphone seadanya. Lebih dari 20 koleksi foto manismu ku pajang di diaryku. Jika aku kangen denganmu, aku selalu memandang wajah manismu saat sedang melakukan sesuaatu. Tiga empat lima enam hari, semuanya baik-baik saja, temanmu dan temanku selalu berkata bahwa kita sudah menjalanin hubungan. Saat banyak pertanya soal hubungan. Aku hanya menjawab “Hihi ga kok” Dan kalian tahu? Dalam hati aku berharap agar kalimat  “ga kok” akan berubah menjadi “Aku sudah menjadi pacarmu”. Dan terlebih bahagaianya, kamu talah bersedia untuk memakan sekotak brownies dan tek kotak yang ku bawa untukmu. Betapa mempesonanya saat kamu sedang menyantap makanan dan minuman yang setiap harinya ku bawakan untukmu, entahlah mungkin karna aku sedang jatuh cinta.

Seminggu setelah itu, kamu memang tidak berubah. Tapi muncul dia wanita yang ternyata selama ini kamu kejar cintanya, wanita yang kamu sayangi sebelum kamu mengenalku. Nyesek? Sedih? Kecewa? Iya semuanya beraduk menjadi satu. Tak menyangka bahwa dia sudah terlebih dahulu mengejar cinta wanita lain. Apa kurangnya aku dibanding wanita itu? Kenapa kamu lebih memilih untuk mengejar cintanya dari pada kamu mengejar cintaku? Apa cintanya untukmu itu sudah pasti? Apa kamu tidak menyadar kalo kepastian cintaku kepadamu sudah tidak bisa tersaingi? Kenapa kamu tidak melihat pada kepastian?

Aneh memang semuanya aneh. Dengan kabar itu tak membuat rasa sayangku untukmu pudar. Yang lebih aneh aku ingin tetep berjuang untuk mendapatkan cintamu sepenuhnya. Niat ku adalah menggeserkan wanita itu dari kehidupanmu dan buang jauh-jauh wanita itu agar hanya ada yang selalu terbanyang dikehidupanmu. Segala cara sudah aku coba dari mulai aku menjadi seorang stalkers pada kehidupan wanita itu sampai aku mencoba lebih eksis darinya. Jutaan air mata ini telah menetes disetiap aku  menemukan status wanita itu mengatakan bahwa “Dia juga sayang kamu”. Bruukkk!! Hatiku seraaa jatuh ditumpukan hati yang patah hati dan telah membusuk. Air mataku mengalir lebih deras dari sungai bengawan solo.

Terlebih saat wanita itu berulang tahun dan saat aku tahu kalau ternyata kamu memberikan kado special untuknya, saat ulang tahunku kamu datang hanya dengan ucapan “Happy Birthday” saja. Ahhhh! Nangis nangis ya Cuma bisa nangis yang aku lakukan. Untuk apa semua usaha ini yang aku perjuangin untukmu, untuk apa sekotak brownies dan sebotol teh yang aku berikan kepadamu setiap harinya. Kamu anggap apa itu semua? Hanya sekedar tumpukan sampah yang ternilai harganya? Dan untuk apa kau memakan sekotak brownies dan meminum sebotol teh kalau itu semua tidak ada harganya sama sekali bahkan setara dengan sampah?.

Sudahlah, aku hanya dapat tersenyum dengan semua ini. Untuk apa scenario konyol ini kita lanjutkan? Jika dilanjutkan lebih sakit, lebih nyesek, lebih menderita dan lebih membatin aku menjalankan itu semua. Lebih baik aku buka scenario yang lebih indah, lebih bahagia, lebih sempurna dari ini. Meninggalkan bukan berarti sudah tidak sayang lagi tapi karna tidak pernah di hargai. Dan jangan pernah bertahan untuk mengemis perhatian dan ngemis agar dihargai, Jika mengemis semua itu sama saja semua dilakukan karna kasian bukan karna tulus. Aku akan meninggalkanmu melupakan semua yang sudah terjadi dan membuka lembaran baruku.


 Created By Acandra Aryani

TAMAT