Sabtu, 11 Juli 2015

Menyatukan kita 2 : Salahkah bila kita bersatu?

Created By : Acandra Aryani

            Tuan, sudahkah kau membuatku merasa yakin bahwa kau benar-benar menyayangiku?.  Koridor sekolah yang semakin lama semakin sepi, menjadi saksi bisu diantara aku dan kamu. Menjadi saksi dimana aku selalu menunggumu. Keadaan yang sepi ini memang sanggup membuat jiwa manusia untuk bernostalgia, terlebih untuk mengingat dengan rinci semua hal tentang aku dan kamu.

            Jatuh cinta diam-diam yang aku rasakan belakangan ini, bahkan sudah aku rasakan sejak aku menginjak sekolah menengah atas ini. Sekolah yang mempertemukan aku dengan sosok pria mapan seperti mu. Dengan sosok pria yang dengan tiba-tibanya memberikan warna dihidupku, walau dalam diam. Dengan sosok pria yang ternyata berbeda penyebutan nama tuhan denganku, kami berbeda agama.

            Cinta, di mata beberapa orang hanyalah omong kosong yang jauh dari kata nyata. Beberapa orang beranggapan bahwa cinta bukanlah hal yang harus benar-benar diperjuangkan. Karena itu, cinta bisa terpisah karena perbedaan. Suku, ras, status sosial, dan lebih menyakitkan lagi jika berpisah karena agama. Tidak untukku, Bagiku cinta adalah anugrah tuhan yang benar-benar harus di perjuangkan. Memang jodoh adalah milik tuhan, dari tuhan. Tapi bila tidak diperjuangkan, apakah kita bisa tahu sosok mana yang akan menjadi jodoh kita?

            Aku terus memainkan ponsel agar aku tidak bosan menunggumu. Menunggu kau menjalankan organisasi rohani khatolik. Ingatkah kau saat aku benar-benar mencintaimu dalam diam. Kau tak pernah melihat bahwa aku ada, dan tak pernah menyadari bahwa kau ada dihatiku. Bagaimana tidak? Saat itu kau hanya menganggapku sebagai adik kelas yang tak bernilai apa-apa. Adik kelas yang hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Adik kelas yang hanya menunggumu didepan kelasku agar aku bisa melihatmu berjalan menuju kantin. Apakah kau merasakan hal itu, tuan?

            Aku mengingat betul hari itu, hari dimana pertama kali aku mendapatkan senyum darimu. Mungkin kau merasa kasihan kepadaku, karna tak sedikit dari teman-temanku yang selalu berteriak tentang perasaanku padamu disaat kau melintasi koridor kelasku. Malu rasanya kau mengetahui semua yang ku rasakan. Lantas apa yang aku lakukan? Aku hanya tersipu malu dan aku tetap memperhatikan setiap gerak-gerik yang kau lakukan sambil berandai bagaimana jika kau malah menganggapku hanya seorang gadis yang tak pantas menjadi kekasihmu?.

            Mengingat cinta, berjalannya waktu. Jujur, aku tak terlalu mengharapkan kehadiranmu dalam hidupku. Aku tak ingin merasakan begitu pahitnya harapan yang terlalu tinggi. Namun, aku terlalu munafik bila aku berfikir aku tak ingin menjadi wanita terhebat setelah ibumu dihatimu dan untukmu. Entah aku harus bercerita dari mana, yang pasti untuk saat ini aku bahagia dengan keadaan seperti ini. Keadaan yang tak terduga menjadikan kita sedekat ini. Keadaan yang membuatku susah mengingat mengapa kita bisa menjadi seperti ini. Keadaan yang memberanikan aku untuk mengatakan hal yang aku rasakan selama dua tahun ini. Yang jelas keadaan yang menghipnotis aku untuk melakukan hal bodoh seperti ini. Indah memang, cinta mengubah segala yang hitam putih menjadi warna-warni. Tumpukan kebahagiaan semakin sempurna, ketika perkenalan teman berlangsung ke tahap yang lebih dalam, lebih dekat.

            Dalam kesepian suasana koridor ini, aku masih terus bernostalgia tentang kita sambil terus membenarkan jilbab yang ku kenakan hari ini. Empat bulan yang lalu saat aku mengetahui yang sesungguhnya. Kenyataan yang sulit aku terima. Ada sosok wanita lain yang lebih dulu sampai di hatimu. Dengan mudahnya diterima oleh hatimu. Wanita yang tak pernah merasakan rasanya mencintaimu diam-diam selama dua tahun ini seperti diriku. Wanita yang tak mengerti arti berjuang dengan cinta yang berdiam selama dua tahun ini. Dan wanita yang tak mengerti akan usaha yang aku lakukan untuk meyakinkan diri mencintai orang yang berbeda keyakinan denganku.

            Bisakan kau menduga apa yang aku lakukan saat aku mengetahui itu semua? Aku tak menyerah. Entahlah, mengapa rasa ini terlalu menyemangatiku untuk mendapatkan cintamu. Kita berbeda agama, kamu dan wanita itu memang satu keyakinan. Lantas apakah perbedaan yang Tuhan ciptakan hanya akan jadi penghalang? Aku Allah S.W.T dan kamu Tuhan Yang Maha Esa. Hanya itu perbedaan diantara kita.  Ya kata “Hanya” yang sebenarnya mengartikan perbedaan yang serius, apalagi ini sudah menyangkut kata “Agama”.

            Menahan rasa sakit yang aku rasakan. Ini bukan membahas soal sakit yang dapat terobati oleh alat medis atau semacamnya. Ini membahas soal sakit yang hanya bisa diobati olehmu, tanpa dokter ataupun bantuan alat dan obat-obatan menyengat lainnya. Justru sakit hati ini yang ternyata berbuah manis. Sakit hati yang dapat membawa kita dalam kedekatan seperti ini. Semakin lama semakin dekat semakin sayang. Kamupun mulai berkata bahwa kau memang menyayangiku.

            Tentang wanita itu, tentang sosok yang sampai dihatimu terlebih dahulu. Kamu pernah berkata “kita memang dekat seperti orang pacaran, tapi kita gak ada hubungan apa-apa”, hanya dengan kau berkata seperti itu semangatku untuk mendapatkan hatimu secara utuhpun meningkat, terlebih aku terlalu mempercayaimu. Bukahkan cinta seharusnya seperti itu? mempercayai orang yang kita cinta.

            Tiga jam sudah aku bernostalgia tentang masa-masa aku mencintaimu diam-diam sampai masa dimana kamu menyebutkan kata “Sayang” Untukku. Tiga jam sudah aku menunggumu dikoridor sekolah yang semakin senja semakin sepi. Tiba-tiba ada sosok yang mengagetkanku dari belakang sambil menepuk pundakku. Sosok yang selalu mempunyai wangi yang sangat khas. Gerakan kepalaku cepat menengok kearas sosok itu. Dirimu yang ku tunggu akhirnya kini ada dihadapanku. Senyummu yang kini aku lihat secara langsung. Mata lelahmu jelas terlihat olehku. Mata yang seharian sibuk dengan kegiatan dalam rohani khatolik.

“Ini udah waktunya shalat magrib bukan? Ayo kamu shalat dulu sana” ucapanmu memulai percakapan kita.
“Iya barusan selesai azan”
“Yaudah sana kamu shalat dulu aku tunggu kamu di warung depan masjid ya”
“Iya, tunggu sebentar ya”
“Shalatnya jangan buru-buru. Baca doanya yang khusyu ya”

            Tuan, apakah kau benar-benar menghormati perbedaan kita? Kau selalu mengingatkanku untuk melakukan shalat 5 waktu dan akupun selalu mengingatkan mu untuk rajin beribadah. Dalam doa aku selalu berharap yang terbaik untuk kita. Yang terbaik untuk kedekatan ini yang jelas-jelas berbeda. Aku paham betul tentang himbau-an orang tua agar aku mencari kekasih yang satu keyakinan denganku. Aku mengerti tentang larangan islam mengenai hubungan berbeda agama.

            Dalam kedekatan ini, wanita itu terus menghantui fikiranku. Tak ada perbedaan yang besar antara kau dan wanita itu. Sedangkan denganku kita jelas berbeda. Tasbih yang selalu ku genggam dan Rasio cantik yang selalu menghiasi tubuhmu, kita sama-sama memamerkan identitas kepercayan masing-masing disetiap harinya. Makanan halal untukmu belum tentu halal untukku. Larangan yang aku percayai belum tentu kamu mempercayainya.

            Perbedaan agama yang jelas-jelas terjadi dalam kedekatan ini, perbedaan yang entah bisa memisahkan kita atau justru malah semakin mempersatukan kita dalam cinta. Aku bersujud dan kamu melipat tangan. Sungguh, aku tak bisa menduga akhir dari cerita kedekatan kita ini. Aku mencintaimu.

Ketika yang lain sibuk mencumbu tanpa pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Kita pun sibuk mengeja dan merapal doa yang sama, meskipun diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap sentuhan Al-Quran, dan dalam setiap sentuhan Alkitab. Aku yakin kita masih saling mendoakan, meskipun tahu seberapa banyak doa yang kau panjatkan untukku.

Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, Salahkah bila kita bersatu? jika kita sama-sama mengenal Tuhan walaupun memanggilNya dengan panggilan berbeda?. Jika Tuhan inginkan sebuah penyatuan, mengapa Dia ciptakan perbedaan? Dan jika memang tuhan menciptakan perbedaan, mengapa perbedaan ini tak bisa disatukan? Apa gunanya Cinta dan Bhinneka Tungga Ika jika semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?.

            Percayalah, aku tak mempermasalahkan kehendak tuhan itu. Aku tak akan memaksa kedekatan kita harus berujung bersama selamanya sebagai seorang kekasih. Aku sudah terbiasa mencintaimu diam-diam dalam waktu yang lama. Bila pada akhirnya kau dijodohkan oleh tuhan bersama wanita itu atau dengan wanita lain yang satu keyakinan denganmu, aku akan memulai belajar mengartikan hubungan kita sebagai seorang sahabat yang selalu berbagi dan saling mendengarkan cerita cinta, selamanya.


TAMAT

#Edisikalian Yang dibutuhkan Kejujuran

Created By : Acandra Aryani

Saya mengingat lagi cerita teman saya. Beberapa hari yang lalu tak sengaja saya menemuinya di cafe, di bilangan summarecon bekasi, jawa barat. Tak biasanya dia pergi sejauh ini seorang diri. Saya menghampirinya dan berusaha mengajaknya bicara apa yang membuatnya menyendiri. Dia hanya bercerita tentang sebagian kisah-nya, namun sorot matanya tak sebahagia kisah yang ia ceritakan.

Kami satu sekolah bahkan kami satu kelas, namun soal percintaan soal beban yang ia pikul tak pernah mau berbagi dengan kami orang yang selalu berada didekatnya. Mungkin disini, dalam suasana yang tak seramai dikelas karna kami hanya berdua. Ditempat yang dengan semoganya membuat dia nyaman bercerita mengeluarkan emosi yang ia tahan selama ini.

Kami bercerita banyak hal, tentang segala hal yang ia lakukan dengan bahagia dan tentang segala hal yang pernah kita lakukan bersama. Raut wajahnya memang terlihat baik-baik saja, namun sorot matanya yang membuat aku gelisah dengan apa yang telah terjadi dengan dia sebenarnya.

Air wajahnya berubah ketika ia mulai bercerita tentang kekasihnya. Kekasih yang kini telah menjadi masa lalunya. Sontak kaget ketika aku mendengar ia menyebutkan kekasihnya dengan sebutan “Mantan”. Tak menyangka bila hubungan mereka retak hingga hancur. Teman seperti apa aku ini? Tak mengetahui tentang hubungan teman sebangkunya itu.

Kini, alur cerita yang ia ceritakan benar-benar saya hayati. Matanya mengawasi saya sejak tadi, sejak saya mengetik dan menyeruput kopi. Dia terus bercerita, sorot mata yang ia digunakan jelas meminta untuk didengarkan setiap kata yang ia ucapkan. Sebenarnya tak perlu meminta saya akan terus mendengarkan.

Kekasih yang betul-betul ia cintai kini diam-diam mencintai wanita lain. Wanita yang juga dekat dengan temanku ini. Dia telah merasakan perubahan kekasihnya sejak 2 bulan sebelum mereka mengucapkan kata “Putus”. Temanku ini selalu berkata bahwa ia tak ingin menjadi penghalang bagi kekasihnya dan wanita itu untuk bersatu. “Kalau emang dia udah terlanjur cinta sama cewe itu, dan cewe itu juga sama. Aku bisa apa? Hanya terus memberi semangat, mungkin” ucapnya disela isak tangisnya.

Ketika dia bercerita sudah dengan menggunakan air mata, saya tahu bahwa beban yang ia pikul sangatlah berat, sampai kalimat untuk menceritakan soal perasaannya tak tersusun rapih. Ada saja perkataannya yang tak saya mengerti. Entah karena memang kalimatnya sungguh asing atau justru saya yang lama untuk mencerna kalimat itu, namun saya mencoba untuk terus memahaminya. Saya paham, ketika dia harus berkali-kali menghela napas ketika bercerita tentang beban yang memberatkan langkahnya selama ini. Saya juga mengerti ketika matanya selalu berkaca-kaca setiap kali nama pria itu disebutkan olehnya. Saya juga memaklumi jika ia harus mengangkat wajahnya berkali-kali, menahan matanya yang berair agar tetap terlihat kuat dan tegar. Kedewasaannya sungguh diuji, ia berusaha terlihat sangat tegar dan sangat kuat di hadapan saya.

Air mata yang saya lihat tempo lalu adalah luapan emosinya yang sempat tertahan. Saya bisa rasakan sakit yang memukul-mukul perasaannya. Sakit diantara memilih cinta atau keegoisan. Menurutnya bila kita mencintai seseorang kita harus siap kehilangannya demi kebahagian. Tapi, dalam duka, masih terselip kebahagiaan yang mampu ia ceritakan pada saya, walau dengan suara tertatih, walau dalam halaan napas lirih.

Dia menghargai temannya yang menurutnya juga menyukai kekasihnya ini. Dia tak tahu harus berkata apa ketika ada orang yang memergokinya, ketika ia sedang menangis. Teman saya ini juga bercerita jika dia selalu menganggap bahwa rasa sayang dan rasa cinta kepada kekasihnya itu sudah tidak ada. Ya kembali lagi, itu karena demi membahagiakan kekasihnya, maaf maksud saya mantan kekasihnya.

Ceritanya sungguh membuat fikiran saya untuk berfikir, mungkin karena saya terlalu perasa. Terlalu membayangkan bagaimana bila saya merasakan hal yang sama. Apakah saya sekuat dan setegar dia?. Saya tak tahan bila melihat atau mendengar seseorang terlebih teman saya sendiri terluka bukan karena sakit yang ia buat sendiri. Percayalah, sakit yang dia rasa bukan atas perilakunya. Teman saya ini hanya menjadi korban cinta yang bisa tiba-tiba datang dan pergi, yang bisa dari siapa untuk siapa.

Saya berfikir, jika wanita yang di cintai mantan kekasih teman saya ini tahu yang sebenarnya. Pasti dia juga akan merasa tidak enak kepada teman saya. Merasa tak pantas menjadi seorang teman, dan secara perlahan akan menjauhi pria yang menjadi sebab masalah.

Sengaja saya tak banyak memberikan solusi, Saya hanya mampu menepuk bahunya berkali-kali dan hanya mampu mengucapkan kata “sabar”. Solusi yang akan saya katakan pada teman saya ini sudah mampu ia pahami sebelum saya mengucapkannya. Begitu hebatnya teman saya menyimpan sakit yang tak tertahan ini berbulan-bulan tanpa menceritakan pada siapapun.

Iya tak lagi menangis, setelah saya berkali-kali merangkul dan mengelus pundaknya agar ia bisa lebih kuat. Setelah saya sedikit mengeluarkan suara saya untuk memberikannya kata-kata yang semoga membuat hatinya lebih baik. Air mata memang sia-sia,  karena yang dibutuhkan di sini adalah kedewasaan. Kedawasaan yang benar-benar bisa mengangkat pola fikir manusia.

Kini saya sangat mengerti tentang yang ia rasakan selama ini, tentang jawaban dari pertanyaan yang menanyakan mengapa wajahnya terlihat murung beberapa hari ini. Saya sangat kagum kepada teman saya ini. Dikala ia sedang tak bisa menata hatinya dengan rapi, ia masih bisa berfikir jernih. Cinta adalah satu kata yang sulit dijelaskan, Tidak terdefinisikan. Soal hati, kata-kata seakan tak ahli untuk memaparkan juga mendeskripsikan. Namun yang saya ambil dari cerita teman saya yang amat sangat tegar dan sangat saya banggakan ini adalah ketika berani mencintai seseorang terlalu dalam maka harus berani terperangkap jatuh kedalam cinta itu sendiri.

Untuk sahabat saya yang tak bisa saya sebutkan namanya.
Saya sangat mengagumimu, bersabarlah…….

TAMAT.

Bayangkan Rasakan 2 : Yang tersembunyi


Created By Acandra Aryani

            Menatap senja yang indah sambil menyeruput cappuccino hangat, sendiri. Sendiri aku menikmati kuasa tuhan yang sangat luar biasa ini. Sendiri aku berada di Caffe ini sambil terus menunggu Pesan kabar dari mu. Pesan kabar yang belakangan ini jarang ku dapatkan. Entahlah mungkin karena kamu terlalu sibuk dengan duniamu, terlalu asik dengan kehidupan nyatamu. Dengan dunia nyatamu itu yang membuat kamu tak menyadari ada hati tulus yang menunggu kabar darimu, hanya kabar darimu yang aku tunggu.

            Rasa itu datang tiba-tiba, rasa curiga kau tak benar-benar mencintaiku, rasa gelisah kau telah melukapan ku. Aku harus menjawab apa ketika ada orang yang bertanya mengapa aku mencintaimu? Mengapa aku bisa sejauh ini mempertahankanmu? Cinta bebas datang dari siapa dan untuk siapa. Ya aku merasakan kenakalan cinta yang bebas itu. Dan karna cinta dengan tulus itu yang bisa membuat aku bertahan sejauh ini.

            Dalam lamunan ini aku mengingat semua tentang mu, tentang kita. Tentang bagaimana kita bisa sejauh ini. Tentang betapa sakitnya aku mencintai sosok yang seharusnya tak aku cintai. Dari sebuah chatingan yang awalnya “Gue dan Elo” hingga menjadi “Aku dan Kamu” seperti kita. Mengingat perjuanganmu yang kau tunjukan sebagai bukti bahwa kau menyayangiku. Tak pernah ada status yang mengikat kita lebih kuat, namun kenyamanan yang membuat kita semakin dekat.

            Ingatkah kamu, saat aku mengetahui kau berhubungan dengan wanita lain? Hati ini tak karuan. Bagaimana tidak? Melihat orang yang kita sayang bersama dengan wanita lain, romantic sekali. Dan apa yang kamu lakukan saat aku ingin menjauhimu? Tiba-tiba kamu berada didepan rumahku. Tiba-tiba kamu meminta maaf lalu berkata bahwa kamu dan wanita itu menjaga tali silaturahmi. Dan kamu memintaku agar aku tetap bersamamu, tetap bersikap seperti layaknya kekasih kepadamu. Kau terus mengungkapkan bahwa kau menyayangiku. Karena rasa cinta yang begitu besar kepadamu ini, aku luluh dengan semua kata-katamu, dengan semua bujuk rayumu. Aku terpukau melihat ekspresi wajah manismu saat membujukku agar aku tetap bersamamu. Aku terhipnotis dengan semuanya, aku mengangguk tanda bahwa aku akan tetap bersamamu walau tanpa status yang meyakinkan. Kau berhasil membangun senyum yang hilang itu.

            Saat itu kita seperti sepasang kekasih yang rela terbakar oleh hangatnya cinta. Bahkan setiap saat kamu selalu memberi warna dalam hidupku. Ungu, biru, merah, kuning, coklat, putih, bahkan hitam. Mengingat saat kau menggandeng tanganku, menuntunku agar keluar dari gedung bioskop, dan mengarahkan aku agar mengikuti setiap langkahmu. Genggaman tangan yang hangat. Tangan yang berhasil membuat senyum ini lebih bahagia dari sebelumnya. Indah saat itu, saat bahagia aku menghabiskan waktu bersamamu. Bercanda, menertawakan banyak hal.

            Kini, kabarmu benar-benar sudah jarang aku terima. Tak ada kode ataupun tanda bahwa semuanya akan berubah. Mengingatkanku kepada tempo lalu. Saat kamu benar-benar seharian tak mengabariku. Aku tak berani memulai percakapan karena kalimat “Jangan chat dulu. Nanti aku yang chat kamu” pernah keluar dari mulutmu. Dan aku benar-benar hanya bisa menunggu pesan darimu. Malam harinya, ada seseorang yang memberi tahuku bahwa kau sedang pergi bersama teman-temanmu, dan bersama wanita itu. Aku juga melihat sebuah foto yang melibatkan kamu dan wanita itu didalamnya. Spontan aku mengerti arti menunggu kabar mu ini hanya angin belaka. Pantas saja kamu mengabaikanku, kamu sedang asik dengan mereka, dengannya. Keesokan harinya, kamu baru mengabariku dan terus meminta maaf dengan kejadian kemarin yang beralasan bahwa kamu sedang sibuk bersama temanmu. Aku selalu mencoba mengerti semuanya, kecewa sedih tentu aku rasakan. Mengapa kamu tak menceritakan semua pada aku? Menceritakan tentang apa yang kamu lakukan dengan kesibukanmu?. Tak banyak yang dapat aku lakukan. Kamu juga tak banyak mengakuiku didepan teman-temanmu. Aku mencoba untuk memahami semuanya. Memahami bahwa kamu memiliki dunia yang tak aku miliki. Dan aku masih mempertahankanmu. Jangan tanya mengapa karena hati ini terlalu tulus mencintai sosok pria seperti mu.

            Aku terus mematung memikirkan mengapa kejadian itu terulang lagi?. Kejadian dimana kamu tak mengabariku. Ini lebih buruk dari kejadian tempo lalu. Berhari-hari kamu tak mengabariku. Tak akan terfikir di benak mu tentang berapa air mata yang aku keluarkan untuk menangisimu. Tak akan ada dihatimu tentang berapa luka yang sudah kamu ciptakan dihatiku. Apa yang sebenarnya terjadi diantara kita? Kamu berkata bahwa kamu menyayangiku, sangat menyayangiku. Kamu telah bersikap manis kepadaku. Kamu telah berkali-kali membujukku agar aku tetap bersamamu. Namun, kamu juga yang telah banyak melukai hatiku dan banyak mengabaikanku.

            Logikaku berfikir, kamu anggap aku apa? Bayangan yang kau sembunyikan? Kamu menyembunyikan aku dari kehidupan nyatamu. Tuan, Sungguh bodohnya aku mencintai sosok pria sepertimu. Sosok pria yang tak pantas mendapat ketulusan ini. Namun Perasaanku berjalan dan berkata bahwa aku memang sangat menyayangimu, bila aku meninggalakanmu bagaimana dengan perasaan ini? Aku akan terpuruk kembali, senyum ini akan hilang lagi. Antara pergi dan bertahan, antara logika dan perasaan.  Bertaruh antara hati dan fikiran. Dua hal yang berlawanan. Hati kecil menggeleng, namun logika menyanggupi. Entahlah saat seperti ini aku harus mengandalkan perasaan atau fikiran.

Lamunanku ini mengajakku untuk terus berfikir tentangmu. Berfikir keras tentang kita, tentang masa depanku. Menangis sendiri. Terus menyendiri di Caffe ini dari matahari bersinar, senja hingga malah hari seperti ini. Mungkin para pelayan di Caffe ini berfikir aneh tentangku. Perasaan dan fikiran ku terus berjalan. Sekarang aku mengerti, kamu memang menyayangiku tapi kamu tak bisa melepaskan wanita itu. Kamu ingin keduanya tak ingin memilih salah satu. Percuma saja aku membahas soal ini kepadamu. Membahas tentang siapa yang kau pilih. Dan untuk masalah ini aku benar-benar melawan perasaan dan mengadalkan logika. Lagi pula kedekatan kita tak sehat karna tak ada status yang menjelaskan itu semua. Aku akan menjauhimu. Kenapa juga harus kehilangan dengan apa yang tak pernah aku miliki? Aku tidak pernah menjadi kekasihmu,pacarmu.

Hati akan lebih sering berbicara dibanding mulut ketika perasaan sedang kacau. Aku akan membiarkan hati ini sakit karna meninggalkanmu dari pada aku terus membiarkan sakit karna selalu menjadi bayangan yang kau sembunyikan. Seandainya aku tak mengenalmu, seandainya aku tak mencintaimu, seandainya kau tak tiba dikehidupanku. Aku tak akan merasakan patah hati yang sangat luar biasa ini. Aku tak akan menangis karena menjadi bayangan seseorang. Bayangan akan tetap menjadi bayangan, tak akan pernah menjadi nyata. Aku mengerti hal itu. Dan aku menyesal telah mengenalmu, menyesal pernah mendapatkan warna-warni hidup darimu.

Kata seandainya bukanlah obat yang mujarab bagi penyesalan. Tidak ada yang bisa tahu kapan kebahagian bisa datang dan kapan kebahagian itu bisa pergi. Bahagialah bersama wanita itu, bahagialah dengan kehidupan nyatamu. Bayangan yang kau sembunyikan akan pergi tanpa hadir dalam hidupmu lagi walau hanya sedetikpun itu. Kejadian bersamamu telah memberitahu hal yang tidak aku duga sebelumnya. Bahwa memang benar aku hanya ingin dijadikan satu-satunya dari pada salah satunya.

Bayangkan jika kita bertukar posisi. Apakah kau akan sekuat diriku mempertahankan kedekatan ini bersamamu? Apakah kau akan setegar ini menahan luka seperti aku menahan luka karenamu?. Rasakan semuanya, ini lebih pahit dari khayalanmu tentang patah hati. Lebih buruk dari pengkhianatan. Lebih kejam dari peperangan antara logika dan perasaan. Rasakan betapa menderitanya hati ini karena mu. Apakah kamu sanggup? Ini terlalu sakit.

Kamu tentu tidak akan pernah tahu rasanya jadi aku. Rasanya jadi gadis yang selalu menatap ponsel hanya untuk menunggu kabar darimu. Kamu tak akan pernah tahu rasanya jadi wanita yang tak tahu apa-apa, namun tiba-tiba dunianya menjadi berbeda karena kehadiranmu. Kamu tak akan pernah tahu dan tak akan pernah mau tahu rasanya jadi aku yang selalu menunggu kehadiranmu.

Untuk mengalahkan cinta, aku perlu seribu kali lebih keras pada diriku sendiri. Harus lebih keras mempertahankan logika karenamu. Aku tak dapat menduga kapan kesedihan ini akan pergi. Namun kesedihan seburuk apapun itu, tetap akan ada beberapa atau paling tidak satu alasahan untuk tersenyum.

TAMAT.

Untuk Apa


Created By : Acandra Aryani

Sayang, bisakah kau menjelaskan padaku. Mengapa semuanya menjadi serumit ini?
          Aku terus berusaha menghindari udara dingin malam ini. Seharusnya aku sudah bersantai duduk di sofa mungil yang ada dikamarku sambil membaca beberapa novel terbaru yang baru saja aku beli diiringi dengan hangatnya lilin aromatherapy yang kubakar. Tapi, sekarang aku ada disini. Ditempat yang dingin, menyendiri. Menatap orang-orang yang masih berusaha melawan dinginnya malam. Caffe ini memang tidak terlalu sepi dan juga tidak terlalu ramai, namun sanggup membuatku merasa hal yang tak normal dalam hubungan yang ku jalani ini.

          Tak ingin terus bersenandung dalam lamunan yang mengingatkanku pada fikiran tentang hubungan ini. Ku pasang earphone dengan volume yang lumayan membuat gendang telingaku bergetar. Jari ini menghipnotisku untuk memutar lagu Maudy Ayunda – Untuk apa. Entah apa yang membuat jemariku membawaku seolah mengajakku untuk mendengarkan lagu itu.

~Kini, ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status. Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih. Namun status tak menjamin cinta~. Sayang, taukah kamu bahwa lagu itu membawa fikiranku untuk kembali memikirkan tentang hubungan kita. Hubungan yang terjadi bukan hanya sebulan dua bulan. Hubungan yang semakin waktu semakin konyol terasa. Tolong, tolong jelaskan agar aku mengerti mengapa aku merasa hubungan kita sudah tidak sehangat dulu. Jangan biarkan aku berdiri sendiri menahan hembusan angin yang membuat hatiku beku berpaku terperangkap pada suasana ini.

Ingatkah sudah berapa lama kita menjalin cinta? Bayangkan angka mana yang pantas untuk bandingan dengan rasa cinta untukmu ini. Hitung berapa ribu orang yang telah mengetahui cerita cinta kita. Sayang? Bukan kah kau sendiri yang selalu mengunggah kemesraan kita pada akun Instagrammu? Kau sendiri yang selalu menelfonku jika satu jam saja aku tidak ada kabar.

Untuk mengingat kapan kau selalu menelfonku itupun kau tak pernah mau. Sebenarnya aku tak mengerti apa yang sebenarnya kau rasakan. Aku hanya menduga-duga dengan apa yang aku rasakan. Angkat aku sayang, angkat agar aku tak mempunyai fikiran buruk tentang-mu. Hanya status yang menguatkan hubungan kita saat ini, namun status tak menjamin cinta.

~Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada lidah. Lidah bisa berkata namun hati tak sejalan. Kata-kata tak menjamin cinta~. Sadarkah kau sayang? Bahwa kau pernah berkata semanis gulali kepadaku. Kata-kata yang mampu mengangkat rasa sayang dan rasa cinta ini untukmu. Aku ingat betul setiap kata-kata yang pernah kau ucapkan. Setiap janji manis yang selalu kau lontarkan. Setiap komitmen yang telah kita buat. Lantas, mengapa sekarang sudah tidak berguna lagi?.

Kedekatan kita sebelum terjadi hubungan ini memang tak membutuhkan waktu yang lama. Kamu pernah berkata bahwa kamu benar-benar mencintaiku, benar-benar menyayangiku. Apakah itu benar-benar gerakan dari hatimu? Atau mungkin memang dari lidahmu?. Tolong tanyakan pada hatimu mengapa kita sudah tak seromantis dulu?. Sungguh, aku tak mengenal dirimu, sosok yang kini menjadi sosok yang berbeda. Sikapmu yang jelas-jelas menunjukan bahwa sekarang aku bukanlah satu-satunya yang pantas menerima cinta tulusmu.

Kini kita jarang punya kesempatan berbicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Hal yang mustahil di dunia ini hanyalah memakan kepala sendiri." Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu menulisnya tanpa perasaan, hanya untuk merespon perkataanku saja.

Pernah tidak terlintas dibenakmu untuk memikirkan bagaimana ekspresi wajahku ketika kamu berkata “Aku akan menuntunmu kejalan yang baik, karena aku cinta kamu. Amat sangat sayang kamu”, bisakah kau fikirkan hal itu?. Harus dengan cara apa aku memohon agar kau kembali mengucapkan setiap hal kepadaku dengan gerakan hati, bukan gerakan lidah. Kata-kata tak menjamin cinta.

~Untuk apa, Untuk apa cinta tanpa kejujuran. Untuk apa cinta tanpa perbuatan. Tak ada artinya~. Serumit ini yang kini kita lalui. Atau mungkin hanya aku saja yang melalui ini, sendiri. Tampan? Sudahkah kau berkata jujur padaku? Bagaimana tanggung jawabmu dengan semua yang telah kau katakan padaku. Jujur aku tak merasakan kejujuran dari setiap perkataanmu, kini. Kau bercerita banyak hal, kau mengeluarkan banyak perkataan manis. Namun sorotan matamu tak mendukung kata manis itu, kebohongan jelas terlihat disitu.

Suasana caffe yang semakin malam semakin dingin ini terus menggoyakku untuk menikmati alunan musik dan lirik lagu Maudi Ayunda – Untuk apa. Tak terasa air mata ini menetes satu persatu dan semakin lama aliran air mata ini semakin deras. Mengingat setiap perbuatan yang kau lakukan padaku. Lamunan ini menyadarkanku, tak ada perbuatan yang benar-benar kau lakukan untuk mewakili rasa cintamu itu. Tak ada perbuatan yang kau tunjukan untuk menjamin segala rasa sayangmu kepadaku.

~Untuk apa, untuk apa cinta tanpa pembuktian. Untuk apa status kita pertahankan. Bila sudah tak lagi cinta~. Entah mengapa, sampai saat ini aku sungguh mencintaimu. Mencintai sosok pria yang sekarang sudah berbeda dari awal perkenalan. Menyayangi sosok pria tampan yang tak sanggup memberi bukti apa-apa dalam arti Cinta sesungguhnya. Dan entah mengapa saat ini aku sudah merasa hubungan yang kita jalin tujuh bulan belakang ini semakin lama hanya aku saja yang berjuang. Kemana sosok dirimu? Sosok yang mengisi hatiku pada tujuh bulan yang lalu, sebelum sifatmu jauh berbeda seperti sekarang.

 Aku tak mengerti apakah rindu yang seringkali terucap dari matamu hanyalah drama yang kamu pentaskan dengan sangat lihai. Dan apakah tujuh bulan ini hanyalah sandiwara yang kamu perankah dengan sangat baik?. Aku tak tahu siapakah sosok yang sebenarnya sungguh aku cintai ini, apakah kamu adalah orang baik-baik yang memang tulus mencintaiku atau hanya orang yang senang meloncat dari satu hubungan ke hubungan yang lain untuk kepuasan sendiri?.

Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukkan padaku. Tuan, apakah hubungan ini hanya mengandalkan status ? Status yang entah berarti apa untuk aku dan kamu. Kamu yang sudah tak lagi memperjuangkan kisah cinta kita.

Ku mohon, agar kau mengatakan yang sejujurnya. Mungkin aku akan seperti anak kecil yang menangis karena kehabisan lolipopnya bila mendengar kau mengaku bahwa kau tak mencintai aku lagi. Untuk apa status kita pertahankan?. Sayang, mungkin kau merasa tak enak untuk berkata yang sebenarnya ingin kau katakan. Aku hanya menduga bahwa kau memang ingin mengakhiri hubungan ini. Sayang, mungkin memang betul kau tak mencintaiku lagi seperti kau mencintaiku dulu. Sayang, aku tak akan memaksa cinta, memaksa agar kau tetap disisiku. Aku tak akan mempertahankan status yang rumit ini. Status yang sebenarnya tak berarti apa-apa. Status yang hanya kuat pada satu pihak, aku. Dan runtuh pada pihak lainnya, kamu.

Menghilangkan cinta tak semudah menghapus bekas lipstick. Percayalah, seusai hubungan kita ini rasa penyesalan itu pasti terjadi entah aku yang merasakan atau kamu yang merasakannya. Penyesalan adalah cara menyadari bahwa kita pernah melakukan kesalahan. Jika aku yang merasakannya, dimana letak kesalahanku? Bukannya aku mementingkan egoisanku, namun lihat belakangan ini. Kamu lebih banyak berubah dan mungkin sengaja menimbulkan kesalahan yang fatal.

Caffe yang semakin malam semakin sepi ini berhasil membuka fikiranku dalam-dalam. Manusia hanya dapat berharap dari kemungkinan demi kemungkinan. Berharap jika suatu saat nanti kau sadar atas apa yang kau lakukan. Dan memohon kembali kepadaku. Melupakan, mengulang dari awal berkenalan dan jatuh cinta lagi bukanlah hal yang mudah untuk aku lakukan. Aku terlalu mencintaimu. Namun aku harus melepaskanmu.


Lepaskan dari pada memaksa. Ikhlaskan dari pada menyakitkan. Dan relakan dari pada harus berjuang sendiri. Untuk apa status tanpa rasa cinta yang sesungguhnya.