Sabtu, 11 Juli 2015

Bayangkan Rasakan 2 : Yang tersembunyi


Created By Acandra Aryani

            Menatap senja yang indah sambil menyeruput cappuccino hangat, sendiri. Sendiri aku menikmati kuasa tuhan yang sangat luar biasa ini. Sendiri aku berada di Caffe ini sambil terus menunggu Pesan kabar dari mu. Pesan kabar yang belakangan ini jarang ku dapatkan. Entahlah mungkin karena kamu terlalu sibuk dengan duniamu, terlalu asik dengan kehidupan nyatamu. Dengan dunia nyatamu itu yang membuat kamu tak menyadari ada hati tulus yang menunggu kabar darimu, hanya kabar darimu yang aku tunggu.

            Rasa itu datang tiba-tiba, rasa curiga kau tak benar-benar mencintaiku, rasa gelisah kau telah melukapan ku. Aku harus menjawab apa ketika ada orang yang bertanya mengapa aku mencintaimu? Mengapa aku bisa sejauh ini mempertahankanmu? Cinta bebas datang dari siapa dan untuk siapa. Ya aku merasakan kenakalan cinta yang bebas itu. Dan karna cinta dengan tulus itu yang bisa membuat aku bertahan sejauh ini.

            Dalam lamunan ini aku mengingat semua tentang mu, tentang kita. Tentang bagaimana kita bisa sejauh ini. Tentang betapa sakitnya aku mencintai sosok yang seharusnya tak aku cintai. Dari sebuah chatingan yang awalnya “Gue dan Elo” hingga menjadi “Aku dan Kamu” seperti kita. Mengingat perjuanganmu yang kau tunjukan sebagai bukti bahwa kau menyayangiku. Tak pernah ada status yang mengikat kita lebih kuat, namun kenyamanan yang membuat kita semakin dekat.

            Ingatkah kamu, saat aku mengetahui kau berhubungan dengan wanita lain? Hati ini tak karuan. Bagaimana tidak? Melihat orang yang kita sayang bersama dengan wanita lain, romantic sekali. Dan apa yang kamu lakukan saat aku ingin menjauhimu? Tiba-tiba kamu berada didepan rumahku. Tiba-tiba kamu meminta maaf lalu berkata bahwa kamu dan wanita itu menjaga tali silaturahmi. Dan kamu memintaku agar aku tetap bersamamu, tetap bersikap seperti layaknya kekasih kepadamu. Kau terus mengungkapkan bahwa kau menyayangiku. Karena rasa cinta yang begitu besar kepadamu ini, aku luluh dengan semua kata-katamu, dengan semua bujuk rayumu. Aku terpukau melihat ekspresi wajah manismu saat membujukku agar aku tetap bersamamu. Aku terhipnotis dengan semuanya, aku mengangguk tanda bahwa aku akan tetap bersamamu walau tanpa status yang meyakinkan. Kau berhasil membangun senyum yang hilang itu.

            Saat itu kita seperti sepasang kekasih yang rela terbakar oleh hangatnya cinta. Bahkan setiap saat kamu selalu memberi warna dalam hidupku. Ungu, biru, merah, kuning, coklat, putih, bahkan hitam. Mengingat saat kau menggandeng tanganku, menuntunku agar keluar dari gedung bioskop, dan mengarahkan aku agar mengikuti setiap langkahmu. Genggaman tangan yang hangat. Tangan yang berhasil membuat senyum ini lebih bahagia dari sebelumnya. Indah saat itu, saat bahagia aku menghabiskan waktu bersamamu. Bercanda, menertawakan banyak hal.

            Kini, kabarmu benar-benar sudah jarang aku terima. Tak ada kode ataupun tanda bahwa semuanya akan berubah. Mengingatkanku kepada tempo lalu. Saat kamu benar-benar seharian tak mengabariku. Aku tak berani memulai percakapan karena kalimat “Jangan chat dulu. Nanti aku yang chat kamu” pernah keluar dari mulutmu. Dan aku benar-benar hanya bisa menunggu pesan darimu. Malam harinya, ada seseorang yang memberi tahuku bahwa kau sedang pergi bersama teman-temanmu, dan bersama wanita itu. Aku juga melihat sebuah foto yang melibatkan kamu dan wanita itu didalamnya. Spontan aku mengerti arti menunggu kabar mu ini hanya angin belaka. Pantas saja kamu mengabaikanku, kamu sedang asik dengan mereka, dengannya. Keesokan harinya, kamu baru mengabariku dan terus meminta maaf dengan kejadian kemarin yang beralasan bahwa kamu sedang sibuk bersama temanmu. Aku selalu mencoba mengerti semuanya, kecewa sedih tentu aku rasakan. Mengapa kamu tak menceritakan semua pada aku? Menceritakan tentang apa yang kamu lakukan dengan kesibukanmu?. Tak banyak yang dapat aku lakukan. Kamu juga tak banyak mengakuiku didepan teman-temanmu. Aku mencoba untuk memahami semuanya. Memahami bahwa kamu memiliki dunia yang tak aku miliki. Dan aku masih mempertahankanmu. Jangan tanya mengapa karena hati ini terlalu tulus mencintai sosok pria seperti mu.

            Aku terus mematung memikirkan mengapa kejadian itu terulang lagi?. Kejadian dimana kamu tak mengabariku. Ini lebih buruk dari kejadian tempo lalu. Berhari-hari kamu tak mengabariku. Tak akan terfikir di benak mu tentang berapa air mata yang aku keluarkan untuk menangisimu. Tak akan ada dihatimu tentang berapa luka yang sudah kamu ciptakan dihatiku. Apa yang sebenarnya terjadi diantara kita? Kamu berkata bahwa kamu menyayangiku, sangat menyayangiku. Kamu telah bersikap manis kepadaku. Kamu telah berkali-kali membujukku agar aku tetap bersamamu. Namun, kamu juga yang telah banyak melukai hatiku dan banyak mengabaikanku.

            Logikaku berfikir, kamu anggap aku apa? Bayangan yang kau sembunyikan? Kamu menyembunyikan aku dari kehidupan nyatamu. Tuan, Sungguh bodohnya aku mencintai sosok pria sepertimu. Sosok pria yang tak pantas mendapat ketulusan ini. Namun Perasaanku berjalan dan berkata bahwa aku memang sangat menyayangimu, bila aku meninggalakanmu bagaimana dengan perasaan ini? Aku akan terpuruk kembali, senyum ini akan hilang lagi. Antara pergi dan bertahan, antara logika dan perasaan.  Bertaruh antara hati dan fikiran. Dua hal yang berlawanan. Hati kecil menggeleng, namun logika menyanggupi. Entahlah saat seperti ini aku harus mengandalkan perasaan atau fikiran.

Lamunanku ini mengajakku untuk terus berfikir tentangmu. Berfikir keras tentang kita, tentang masa depanku. Menangis sendiri. Terus menyendiri di Caffe ini dari matahari bersinar, senja hingga malah hari seperti ini. Mungkin para pelayan di Caffe ini berfikir aneh tentangku. Perasaan dan fikiran ku terus berjalan. Sekarang aku mengerti, kamu memang menyayangiku tapi kamu tak bisa melepaskan wanita itu. Kamu ingin keduanya tak ingin memilih salah satu. Percuma saja aku membahas soal ini kepadamu. Membahas tentang siapa yang kau pilih. Dan untuk masalah ini aku benar-benar melawan perasaan dan mengadalkan logika. Lagi pula kedekatan kita tak sehat karna tak ada status yang menjelaskan itu semua. Aku akan menjauhimu. Kenapa juga harus kehilangan dengan apa yang tak pernah aku miliki? Aku tidak pernah menjadi kekasihmu,pacarmu.

Hati akan lebih sering berbicara dibanding mulut ketika perasaan sedang kacau. Aku akan membiarkan hati ini sakit karna meninggalkanmu dari pada aku terus membiarkan sakit karna selalu menjadi bayangan yang kau sembunyikan. Seandainya aku tak mengenalmu, seandainya aku tak mencintaimu, seandainya kau tak tiba dikehidupanku. Aku tak akan merasakan patah hati yang sangat luar biasa ini. Aku tak akan menangis karena menjadi bayangan seseorang. Bayangan akan tetap menjadi bayangan, tak akan pernah menjadi nyata. Aku mengerti hal itu. Dan aku menyesal telah mengenalmu, menyesal pernah mendapatkan warna-warni hidup darimu.

Kata seandainya bukanlah obat yang mujarab bagi penyesalan. Tidak ada yang bisa tahu kapan kebahagian bisa datang dan kapan kebahagian itu bisa pergi. Bahagialah bersama wanita itu, bahagialah dengan kehidupan nyatamu. Bayangan yang kau sembunyikan akan pergi tanpa hadir dalam hidupmu lagi walau hanya sedetikpun itu. Kejadian bersamamu telah memberitahu hal yang tidak aku duga sebelumnya. Bahwa memang benar aku hanya ingin dijadikan satu-satunya dari pada salah satunya.

Bayangkan jika kita bertukar posisi. Apakah kau akan sekuat diriku mempertahankan kedekatan ini bersamamu? Apakah kau akan setegar ini menahan luka seperti aku menahan luka karenamu?. Rasakan semuanya, ini lebih pahit dari khayalanmu tentang patah hati. Lebih buruk dari pengkhianatan. Lebih kejam dari peperangan antara logika dan perasaan. Rasakan betapa menderitanya hati ini karena mu. Apakah kamu sanggup? Ini terlalu sakit.

Kamu tentu tidak akan pernah tahu rasanya jadi aku. Rasanya jadi gadis yang selalu menatap ponsel hanya untuk menunggu kabar darimu. Kamu tak akan pernah tahu rasanya jadi wanita yang tak tahu apa-apa, namun tiba-tiba dunianya menjadi berbeda karena kehadiranmu. Kamu tak akan pernah tahu dan tak akan pernah mau tahu rasanya jadi aku yang selalu menunggu kehadiranmu.

Untuk mengalahkan cinta, aku perlu seribu kali lebih keras pada diriku sendiri. Harus lebih keras mempertahankan logika karenamu. Aku tak dapat menduga kapan kesedihan ini akan pergi. Namun kesedihan seburuk apapun itu, tetap akan ada beberapa atau paling tidak satu alasahan untuk tersenyum.

TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar