Sabtu, 11 Juli 2015

Untuk Apa


Created By : Acandra Aryani

Sayang, bisakah kau menjelaskan padaku. Mengapa semuanya menjadi serumit ini?
          Aku terus berusaha menghindari udara dingin malam ini. Seharusnya aku sudah bersantai duduk di sofa mungil yang ada dikamarku sambil membaca beberapa novel terbaru yang baru saja aku beli diiringi dengan hangatnya lilin aromatherapy yang kubakar. Tapi, sekarang aku ada disini. Ditempat yang dingin, menyendiri. Menatap orang-orang yang masih berusaha melawan dinginnya malam. Caffe ini memang tidak terlalu sepi dan juga tidak terlalu ramai, namun sanggup membuatku merasa hal yang tak normal dalam hubungan yang ku jalani ini.

          Tak ingin terus bersenandung dalam lamunan yang mengingatkanku pada fikiran tentang hubungan ini. Ku pasang earphone dengan volume yang lumayan membuat gendang telingaku bergetar. Jari ini menghipnotisku untuk memutar lagu Maudy Ayunda – Untuk apa. Entah apa yang membuat jemariku membawaku seolah mengajakku untuk mendengarkan lagu itu.

~Kini, ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status. Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih. Namun status tak menjamin cinta~. Sayang, taukah kamu bahwa lagu itu membawa fikiranku untuk kembali memikirkan tentang hubungan kita. Hubungan yang terjadi bukan hanya sebulan dua bulan. Hubungan yang semakin waktu semakin konyol terasa. Tolong, tolong jelaskan agar aku mengerti mengapa aku merasa hubungan kita sudah tidak sehangat dulu. Jangan biarkan aku berdiri sendiri menahan hembusan angin yang membuat hatiku beku berpaku terperangkap pada suasana ini.

Ingatkah sudah berapa lama kita menjalin cinta? Bayangkan angka mana yang pantas untuk bandingan dengan rasa cinta untukmu ini. Hitung berapa ribu orang yang telah mengetahui cerita cinta kita. Sayang? Bukan kah kau sendiri yang selalu mengunggah kemesraan kita pada akun Instagrammu? Kau sendiri yang selalu menelfonku jika satu jam saja aku tidak ada kabar.

Untuk mengingat kapan kau selalu menelfonku itupun kau tak pernah mau. Sebenarnya aku tak mengerti apa yang sebenarnya kau rasakan. Aku hanya menduga-duga dengan apa yang aku rasakan. Angkat aku sayang, angkat agar aku tak mempunyai fikiran buruk tentang-mu. Hanya status yang menguatkan hubungan kita saat ini, namun status tak menjamin cinta.

~Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada lidah. Lidah bisa berkata namun hati tak sejalan. Kata-kata tak menjamin cinta~. Sadarkah kau sayang? Bahwa kau pernah berkata semanis gulali kepadaku. Kata-kata yang mampu mengangkat rasa sayang dan rasa cinta ini untukmu. Aku ingat betul setiap kata-kata yang pernah kau ucapkan. Setiap janji manis yang selalu kau lontarkan. Setiap komitmen yang telah kita buat. Lantas, mengapa sekarang sudah tidak berguna lagi?.

Kedekatan kita sebelum terjadi hubungan ini memang tak membutuhkan waktu yang lama. Kamu pernah berkata bahwa kamu benar-benar mencintaiku, benar-benar menyayangiku. Apakah itu benar-benar gerakan dari hatimu? Atau mungkin memang dari lidahmu?. Tolong tanyakan pada hatimu mengapa kita sudah tak seromantis dulu?. Sungguh, aku tak mengenal dirimu, sosok yang kini menjadi sosok yang berbeda. Sikapmu yang jelas-jelas menunjukan bahwa sekarang aku bukanlah satu-satunya yang pantas menerima cinta tulusmu.

Kini kita jarang punya kesempatan berbicara, berdua saja. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Hal yang mustahil di dunia ini hanyalah memakan kepala sendiri." Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu menulisnya tanpa perasaan, hanya untuk merespon perkataanku saja.

Pernah tidak terlintas dibenakmu untuk memikirkan bagaimana ekspresi wajahku ketika kamu berkata “Aku akan menuntunmu kejalan yang baik, karena aku cinta kamu. Amat sangat sayang kamu”, bisakah kau fikirkan hal itu?. Harus dengan cara apa aku memohon agar kau kembali mengucapkan setiap hal kepadaku dengan gerakan hati, bukan gerakan lidah. Kata-kata tak menjamin cinta.

~Untuk apa, Untuk apa cinta tanpa kejujuran. Untuk apa cinta tanpa perbuatan. Tak ada artinya~. Serumit ini yang kini kita lalui. Atau mungkin hanya aku saja yang melalui ini, sendiri. Tampan? Sudahkah kau berkata jujur padaku? Bagaimana tanggung jawabmu dengan semua yang telah kau katakan padaku. Jujur aku tak merasakan kejujuran dari setiap perkataanmu, kini. Kau bercerita banyak hal, kau mengeluarkan banyak perkataan manis. Namun sorotan matamu tak mendukung kata manis itu, kebohongan jelas terlihat disitu.

Suasana caffe yang semakin malam semakin dingin ini terus menggoyakku untuk menikmati alunan musik dan lirik lagu Maudi Ayunda – Untuk apa. Tak terasa air mata ini menetes satu persatu dan semakin lama aliran air mata ini semakin deras. Mengingat setiap perbuatan yang kau lakukan padaku. Lamunan ini menyadarkanku, tak ada perbuatan yang benar-benar kau lakukan untuk mewakili rasa cintamu itu. Tak ada perbuatan yang kau tunjukan untuk menjamin segala rasa sayangmu kepadaku.

~Untuk apa, untuk apa cinta tanpa pembuktian. Untuk apa status kita pertahankan. Bila sudah tak lagi cinta~. Entah mengapa, sampai saat ini aku sungguh mencintaimu. Mencintai sosok pria yang sekarang sudah berbeda dari awal perkenalan. Menyayangi sosok pria tampan yang tak sanggup memberi bukti apa-apa dalam arti Cinta sesungguhnya. Dan entah mengapa saat ini aku sudah merasa hubungan yang kita jalin tujuh bulan belakang ini semakin lama hanya aku saja yang berjuang. Kemana sosok dirimu? Sosok yang mengisi hatiku pada tujuh bulan yang lalu, sebelum sifatmu jauh berbeda seperti sekarang.

 Aku tak mengerti apakah rindu yang seringkali terucap dari matamu hanyalah drama yang kamu pentaskan dengan sangat lihai. Dan apakah tujuh bulan ini hanyalah sandiwara yang kamu perankah dengan sangat baik?. Aku tak tahu siapakah sosok yang sebenarnya sungguh aku cintai ini, apakah kamu adalah orang baik-baik yang memang tulus mencintaiku atau hanya orang yang senang meloncat dari satu hubungan ke hubungan yang lain untuk kepuasan sendiri?.

Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukkan padaku. Tuan, apakah hubungan ini hanya mengandalkan status ? Status yang entah berarti apa untuk aku dan kamu. Kamu yang sudah tak lagi memperjuangkan kisah cinta kita.

Ku mohon, agar kau mengatakan yang sejujurnya. Mungkin aku akan seperti anak kecil yang menangis karena kehabisan lolipopnya bila mendengar kau mengaku bahwa kau tak mencintai aku lagi. Untuk apa status kita pertahankan?. Sayang, mungkin kau merasa tak enak untuk berkata yang sebenarnya ingin kau katakan. Aku hanya menduga bahwa kau memang ingin mengakhiri hubungan ini. Sayang, mungkin memang betul kau tak mencintaiku lagi seperti kau mencintaiku dulu. Sayang, aku tak akan memaksa cinta, memaksa agar kau tetap disisiku. Aku tak akan mempertahankan status yang rumit ini. Status yang sebenarnya tak berarti apa-apa. Status yang hanya kuat pada satu pihak, aku. Dan runtuh pada pihak lainnya, kamu.

Menghilangkan cinta tak semudah menghapus bekas lipstick. Percayalah, seusai hubungan kita ini rasa penyesalan itu pasti terjadi entah aku yang merasakan atau kamu yang merasakannya. Penyesalan adalah cara menyadari bahwa kita pernah melakukan kesalahan. Jika aku yang merasakannya, dimana letak kesalahanku? Bukannya aku mementingkan egoisanku, namun lihat belakangan ini. Kamu lebih banyak berubah dan mungkin sengaja menimbulkan kesalahan yang fatal.

Caffe yang semakin malam semakin sepi ini berhasil membuka fikiranku dalam-dalam. Manusia hanya dapat berharap dari kemungkinan demi kemungkinan. Berharap jika suatu saat nanti kau sadar atas apa yang kau lakukan. Dan memohon kembali kepadaku. Melupakan, mengulang dari awal berkenalan dan jatuh cinta lagi bukanlah hal yang mudah untuk aku lakukan. Aku terlalu mencintaimu. Namun aku harus melepaskanmu.


Lepaskan dari pada memaksa. Ikhlaskan dari pada menyakitkan. Dan relakan dari pada harus berjuang sendiri. Untuk apa status tanpa rasa cinta yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar