Sabtu, 11 Juli 2015

Menyatukan kita 2 : Salahkah bila kita bersatu?

Created By : Acandra Aryani

            Tuan, sudahkah kau membuatku merasa yakin bahwa kau benar-benar menyayangiku?.  Koridor sekolah yang semakin lama semakin sepi, menjadi saksi bisu diantara aku dan kamu. Menjadi saksi dimana aku selalu menunggumu. Keadaan yang sepi ini memang sanggup membuat jiwa manusia untuk bernostalgia, terlebih untuk mengingat dengan rinci semua hal tentang aku dan kamu.

            Jatuh cinta diam-diam yang aku rasakan belakangan ini, bahkan sudah aku rasakan sejak aku menginjak sekolah menengah atas ini. Sekolah yang mempertemukan aku dengan sosok pria mapan seperti mu. Dengan sosok pria yang dengan tiba-tibanya memberikan warna dihidupku, walau dalam diam. Dengan sosok pria yang ternyata berbeda penyebutan nama tuhan denganku, kami berbeda agama.

            Cinta, di mata beberapa orang hanyalah omong kosong yang jauh dari kata nyata. Beberapa orang beranggapan bahwa cinta bukanlah hal yang harus benar-benar diperjuangkan. Karena itu, cinta bisa terpisah karena perbedaan. Suku, ras, status sosial, dan lebih menyakitkan lagi jika berpisah karena agama. Tidak untukku, Bagiku cinta adalah anugrah tuhan yang benar-benar harus di perjuangkan. Memang jodoh adalah milik tuhan, dari tuhan. Tapi bila tidak diperjuangkan, apakah kita bisa tahu sosok mana yang akan menjadi jodoh kita?

            Aku terus memainkan ponsel agar aku tidak bosan menunggumu. Menunggu kau menjalankan organisasi rohani khatolik. Ingatkah kau saat aku benar-benar mencintaimu dalam diam. Kau tak pernah melihat bahwa aku ada, dan tak pernah menyadari bahwa kau ada dihatiku. Bagaimana tidak? Saat itu kau hanya menganggapku sebagai adik kelas yang tak bernilai apa-apa. Adik kelas yang hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Adik kelas yang hanya menunggumu didepan kelasku agar aku bisa melihatmu berjalan menuju kantin. Apakah kau merasakan hal itu, tuan?

            Aku mengingat betul hari itu, hari dimana pertama kali aku mendapatkan senyum darimu. Mungkin kau merasa kasihan kepadaku, karna tak sedikit dari teman-temanku yang selalu berteriak tentang perasaanku padamu disaat kau melintasi koridor kelasku. Malu rasanya kau mengetahui semua yang ku rasakan. Lantas apa yang aku lakukan? Aku hanya tersipu malu dan aku tetap memperhatikan setiap gerak-gerik yang kau lakukan sambil berandai bagaimana jika kau malah menganggapku hanya seorang gadis yang tak pantas menjadi kekasihmu?.

            Mengingat cinta, berjalannya waktu. Jujur, aku tak terlalu mengharapkan kehadiranmu dalam hidupku. Aku tak ingin merasakan begitu pahitnya harapan yang terlalu tinggi. Namun, aku terlalu munafik bila aku berfikir aku tak ingin menjadi wanita terhebat setelah ibumu dihatimu dan untukmu. Entah aku harus bercerita dari mana, yang pasti untuk saat ini aku bahagia dengan keadaan seperti ini. Keadaan yang tak terduga menjadikan kita sedekat ini. Keadaan yang membuatku susah mengingat mengapa kita bisa menjadi seperti ini. Keadaan yang memberanikan aku untuk mengatakan hal yang aku rasakan selama dua tahun ini. Yang jelas keadaan yang menghipnotis aku untuk melakukan hal bodoh seperti ini. Indah memang, cinta mengubah segala yang hitam putih menjadi warna-warni. Tumpukan kebahagiaan semakin sempurna, ketika perkenalan teman berlangsung ke tahap yang lebih dalam, lebih dekat.

            Dalam kesepian suasana koridor ini, aku masih terus bernostalgia tentang kita sambil terus membenarkan jilbab yang ku kenakan hari ini. Empat bulan yang lalu saat aku mengetahui yang sesungguhnya. Kenyataan yang sulit aku terima. Ada sosok wanita lain yang lebih dulu sampai di hatimu. Dengan mudahnya diterima oleh hatimu. Wanita yang tak pernah merasakan rasanya mencintaimu diam-diam selama dua tahun ini seperti diriku. Wanita yang tak mengerti arti berjuang dengan cinta yang berdiam selama dua tahun ini. Dan wanita yang tak mengerti akan usaha yang aku lakukan untuk meyakinkan diri mencintai orang yang berbeda keyakinan denganku.

            Bisakan kau menduga apa yang aku lakukan saat aku mengetahui itu semua? Aku tak menyerah. Entahlah, mengapa rasa ini terlalu menyemangatiku untuk mendapatkan cintamu. Kita berbeda agama, kamu dan wanita itu memang satu keyakinan. Lantas apakah perbedaan yang Tuhan ciptakan hanya akan jadi penghalang? Aku Allah S.W.T dan kamu Tuhan Yang Maha Esa. Hanya itu perbedaan diantara kita.  Ya kata “Hanya” yang sebenarnya mengartikan perbedaan yang serius, apalagi ini sudah menyangkut kata “Agama”.

            Menahan rasa sakit yang aku rasakan. Ini bukan membahas soal sakit yang dapat terobati oleh alat medis atau semacamnya. Ini membahas soal sakit yang hanya bisa diobati olehmu, tanpa dokter ataupun bantuan alat dan obat-obatan menyengat lainnya. Justru sakit hati ini yang ternyata berbuah manis. Sakit hati yang dapat membawa kita dalam kedekatan seperti ini. Semakin lama semakin dekat semakin sayang. Kamupun mulai berkata bahwa kau memang menyayangiku.

            Tentang wanita itu, tentang sosok yang sampai dihatimu terlebih dahulu. Kamu pernah berkata “kita memang dekat seperti orang pacaran, tapi kita gak ada hubungan apa-apa”, hanya dengan kau berkata seperti itu semangatku untuk mendapatkan hatimu secara utuhpun meningkat, terlebih aku terlalu mempercayaimu. Bukahkan cinta seharusnya seperti itu? mempercayai orang yang kita cinta.

            Tiga jam sudah aku bernostalgia tentang masa-masa aku mencintaimu diam-diam sampai masa dimana kamu menyebutkan kata “Sayang” Untukku. Tiga jam sudah aku menunggumu dikoridor sekolah yang semakin senja semakin sepi. Tiba-tiba ada sosok yang mengagetkanku dari belakang sambil menepuk pundakku. Sosok yang selalu mempunyai wangi yang sangat khas. Gerakan kepalaku cepat menengok kearas sosok itu. Dirimu yang ku tunggu akhirnya kini ada dihadapanku. Senyummu yang kini aku lihat secara langsung. Mata lelahmu jelas terlihat olehku. Mata yang seharian sibuk dengan kegiatan dalam rohani khatolik.

“Ini udah waktunya shalat magrib bukan? Ayo kamu shalat dulu sana” ucapanmu memulai percakapan kita.
“Iya barusan selesai azan”
“Yaudah sana kamu shalat dulu aku tunggu kamu di warung depan masjid ya”
“Iya, tunggu sebentar ya”
“Shalatnya jangan buru-buru. Baca doanya yang khusyu ya”

            Tuan, apakah kau benar-benar menghormati perbedaan kita? Kau selalu mengingatkanku untuk melakukan shalat 5 waktu dan akupun selalu mengingatkan mu untuk rajin beribadah. Dalam doa aku selalu berharap yang terbaik untuk kita. Yang terbaik untuk kedekatan ini yang jelas-jelas berbeda. Aku paham betul tentang himbau-an orang tua agar aku mencari kekasih yang satu keyakinan denganku. Aku mengerti tentang larangan islam mengenai hubungan berbeda agama.

            Dalam kedekatan ini, wanita itu terus menghantui fikiranku. Tak ada perbedaan yang besar antara kau dan wanita itu. Sedangkan denganku kita jelas berbeda. Tasbih yang selalu ku genggam dan Rasio cantik yang selalu menghiasi tubuhmu, kita sama-sama memamerkan identitas kepercayan masing-masing disetiap harinya. Makanan halal untukmu belum tentu halal untukku. Larangan yang aku percayai belum tentu kamu mempercayainya.

            Perbedaan agama yang jelas-jelas terjadi dalam kedekatan ini, perbedaan yang entah bisa memisahkan kita atau justru malah semakin mempersatukan kita dalam cinta. Aku bersujud dan kamu melipat tangan. Sungguh, aku tak bisa menduga akhir dari cerita kedekatan kita ini. Aku mencintaimu.

Ketika yang lain sibuk mencumbu tanpa pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Kita pun sibuk mengeja dan merapal doa yang sama, meskipun diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap sentuhan Al-Quran, dan dalam setiap sentuhan Alkitab. Aku yakin kita masih saling mendoakan, meskipun tahu seberapa banyak doa yang kau panjatkan untukku.

Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, Salahkah bila kita bersatu? jika kita sama-sama mengenal Tuhan walaupun memanggilNya dengan panggilan berbeda?. Jika Tuhan inginkan sebuah penyatuan, mengapa Dia ciptakan perbedaan? Dan jika memang tuhan menciptakan perbedaan, mengapa perbedaan ini tak bisa disatukan? Apa gunanya Cinta dan Bhinneka Tungga Ika jika semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?.

            Percayalah, aku tak mempermasalahkan kehendak tuhan itu. Aku tak akan memaksa kedekatan kita harus berujung bersama selamanya sebagai seorang kekasih. Aku sudah terbiasa mencintaimu diam-diam dalam waktu yang lama. Bila pada akhirnya kau dijodohkan oleh tuhan bersama wanita itu atau dengan wanita lain yang satu keyakinan denganmu, aku akan memulai belajar mengartikan hubungan kita sebagai seorang sahabat yang selalu berbagi dan saling mendengarkan cerita cinta, selamanya.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar